Selasa 01 Nov 2016 07:00 WIB

Sejarah Kelam Pemberontakan Warga Cina di Batavia

Kampung cina di Batavia tahun 1910.
Foto: Gahetna.nl
Kampung cina di Batavia tahun 1910.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Pada 14 Mei 1998, terjadi tragedi kelabu di Jakarta. Di Glodok, Jakarta Barat --salah satu pusat perbelanjaan paling bergengsi di Ibu Kota-- kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran mengakibatkan kerugian ratusan miliar rupiah. Ribuan bangunan dan segala isinya yang terbakar dan terjarah, dan bekas-bekasnya masih tampak.

Glodok, atau Pecinan, atau China Town merupakan salah satu kawasan tua di Jakarta. Khusus masyarakat etnis Cina, mereka telah ada di tempat ini jauh sebelum VOC atau Kompeni mendirikan Batavia (Mei 1619).

I.W. Ijzerman, pakar perkotaan Belanda awal abad 20 merekonstruksi letak Jayakarta sebelum dihancurkan dan dibumi hanguskan gubernur jenderal Jan Pieterzoon Coen. Berdasarkan peta itu, di tepi timur sungai Ciliwung, di Kali Besar, berdekatan dengan keraton Pangeran Jayakarta, terdapat perkampungan Cina. Jaraknya hanya sekitar satu atau dua km dari Glodok.

Artinya, sejak masa Jayakarta, warga Cina sudah memiliki perkampungan sendiri. Sejak Coen mendirikan Batavia, jumlah mereka makin membengkak. Di bawah pimpinan Souw Beng Kong yang kemudian dijadikan kapiten Cina pertama, warga Cina dari Banten ramai-ramai memasuki Batavia.

VOC memerlukannya untuk membangun Batavia, karena etnis Cina dianggap pekerja keras, gigih, dan tahan uji. Bahkan pada awalnya, VOC banyak menculik orang Cina dari Cina Selatan. Tapi, setelah itu orang Cina berdatangan sendiri ke Nusantara karena tergiur karena banyaknya rekan mereka yang kaya raya setelah menetap di Batavia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement