Kamis 19 Jan 2017 14:36 WIB

Cerita Abah Alwi Soal Sejarah Panjang Pembangunan Pasar Senen

Red: Karta Raharja Ucu
Wartawan senior Republika Alwi Shahab (kanan) bersama istri menghadiri Syukuran 50 Tahun Karya Emas Abah Alwi di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (31/8). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Wartawan senior Republika Alwi Shahab (kanan) bersama istri menghadiri Syukuran 50 Tahun Karya Emas Abah Alwi di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (31/8). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar Senen di Jakarta Pusat adalah salah satu pasar ikonik di Ibu Kota. Pasar yang dibangun pada 30 Agustus 1735 itu punya sejarah panjang.

Menurut Alwi Shahab, sejarawan Jakarta, nama Pasar Senen diambil karena kegiatan jual beli di pasar itu selalu berlangsung saban hari Senin. Para pedagangnya pun didominasi etnis Tionghoa. Namun, pada 1766 karena banyaknya pengunjung pasar ini akhirnya dibuka di hari-hari lain.

Dalam perjalanannya, pasar tertua di Jakarta itu sempat bersalin nama menjadi Vinck Passer. Nama itu merujuk kepada arsitek pengembangnya, Yustinus Vinck.

"Pasar Senen dibangun bersamaan dengan Pasar Tanah Abang. Harinya sama. Pasar Senen dibangun seorang tuan tanah yang juga arsitek, Yustinus Vinck. Dulu lahan itu milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chastelein," kata Alwi Shahab yang akrab disapa Abah Alwi itu saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (19/1) siang di ruang kerjanya.