REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Di Jakarta Kota, seperti dituturkan budayawan Betawi, Ridwan Saidi dahulu ada jalan bernama Gang Ribald. Ini merupakan gang pertama di Jakarta, dan Ribald adalah pengusaha Prancis yang kaya raya di Indonesia.
Nama gang tempo doeloe, kata Ridwan, sering diambil dari nama tuan tanah, atau orang tersohor di situ. Ada Gang Arab, Gang Anderson (Kartini I), Gang Eduard (Jl Aem Reges II), Gang Kow En Lie (Jl Kartini II). Bahkan di Sawah Besar ada yang bernama Gang Jap Djened.
Rupanya di gang ini tinggal dua tokoh etnis tersohor. Seorang Cina (Jap) dan seorang Arab (Bajened). Karena orang Betawi mau mencari keakuran, maka jalan ini mereka namakan Gang Japjened. Jadi, keduanya sama-sama dihormati.
Belanda juga memberi nama-nama indah untuk tempat lokalisasi WTS. Seperti lokalisasi WTS di Sawah Besar diberi nama Caligot, nama sandiwara keliling dari Eropa yang mentas berbulan-bulan di Batavia. Oleh orang Betawi nama itu disebut menjadi Jl Kaligot.
Tempat lokalisasi di Petojo juga diberi nama Eropa, Gang Hauber. Setelah kemerdekaan diganti menjadi Gang Sadar. Sayangnya para WTS dan hidung belang tetap tidak sadar bahwa berbuat ”begitu” di samping dosa besar, juga mendatangkan penyakit.
Orang yang terkena penyakit perempuan waktu itu disebut pehong. Ini dari kata Cina pehyong atau sial. Kemudian dikenal dengan istilah ‘raja singa’ atau sepilis. Rupanya, masalah WTS di Jakarta sudah ada sejak Batavia masih berbentuk kota benteng. Kemudian (abad ke-19) menjalar sedikit keluar benteng, di dekat stasion KA Jakarta Kota.
WTS yang berpraktek di sini di datangkan dari Macao. Di kawasan Jakarta Kota ada daerah Jembatan Busuk. Letaknya persis di depan Gang Ketapang. Di sebut demikian karena tempo doeloe kupu-kupu malam berpangkalan disekitar sini ‘menabur asmara busuk’.
Jakarta juga pernah memiliki nama jalan yang mengacu pada nama seorang wanita cantik. Leonielaan (kini Jalan Bekasi Timur IV Jakarta Timur), karena pada 1920-an, Leonie cewek cakep tinggal di sini. Boleh disebut nona ini adalah cewek paling bahenol di bilangan Jatinegara.
Konon, apabila ia minum teh sore hari, banyak pemuda lewat di depan kediamannya. Pernah terjadi seorang tukang cendol nyemplung ke got beserta seluruh dagangannya. Soalnya, karena meleng ngeliatin Leonie, abang yang sial ini pun kesandung batu.
Sialnya, sekalipun badan tukang cendol ini besot-besot karena luka dan pakaiannya kotor kena air comberan, malahan ia ditertawakan orang banyak. Tapi, saya sendiri kurang yakin apakah peristiwa ini benar pernah terjadi. Karena cerita Betawi kadang-kadang diselingi humor.