REPUBLIKA.CO.ID, Seratus lima belas tahun silam, atau satu abad lebih, Indonesia dianugerahi seorang laki-laki "digjaya" yang membawa bangsanya disegani negara-negara Barat. Ketegasannya membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua poros yang saat itu menguasai dunia, berlomba mengemis perhatian dan dukungan dari dia. Laki-laki itu bernama Kusno Sosrodihardjo yang kemudian hari bersalin nama menjadi Sukarno.
Hari ini, 6 Juni 1901 silam, Sukarno lahir. Putra Sang Fajar, julukan yang disematkan pada Sukarno lantaran ia menghirup udara dunia untuk kali pertama bertepatan dengan mulai menetasnya matahari dari cangkang ufuk timur.
Perjalanan panjang sejarah Nusantara dari zaman kerajaan hingga terbentuknya NKRI, tidak bisa dipisahkan dari Sukarno. Bersama Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin, ia menjadi salah satu pendiri Indonesia dan peletak dasar Pancasila.
Ia sakti mandraguna lewat retorikanya di atas podium. Dunia tersihir dengan pidato-pidatonya. Amerika pernah dibuat mati angin, Uni Soviet mati kutu, Israel diboikot, dan PBB dibuat gusar dengan perlawanan Sukarno.
Di edisi Selarung kali ini, kami mengangkat tema "Kelahiran Sukarno" yang berisi tulisan-tulisan mengenai perjalanan hidup Pemimpin Besar Revolusi. Kami pun mencoba menggali sejarah kehidupan Singa Podium yang masih terselimuti kabut misteri. Mulai dari tabir sejarah kelahiran, pembentukan karakter dalam berpolitik, cerita percintaan, hingga kematian Sang Proklamator, menjadi hikayat yang masih legit untuk dinikmati.
Mengutip kalimat Bung Karno, "Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah." Semoga tulisan-tulisan ini membuat kita menjadi bangsa besar seperti yang dikobarkan Sukarno dalam pidatonya di HUT Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1963.
"Kita bangsa banteng, bukan bangsa tempe."
Siapkan secangkir teh atau kopi hangat, karena kami akan membawa Anda mengungkap tabir sejarah kehidupan manusia yang disebut-sebut lahir 1.000 tahun sekali.
Tim Selarung
Baca tulisan perdana edisi Kelahiran Sukarno:
Kelahiran Sukarno, Pesan dari Letusan Gunung Kelud