Rabu 22 Jun 2016 09:35 WIB
Kontroversi Perumus Pancasila

Mengapa Ekonomi Pancasila Sulit Diterapkan (Bahkan Sulit Diterima)?

Pancasila (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Pancasila (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Iqbal

Revrisond Baswir resah. Ekonom senior Universitas Gadjah Mada ini menilai penerapan sistem ekonomi Pancasila perlu kembali digalakkan. Tujuannya agar bangsa dan negara Indonesia tidak terjebak pada sistem ekonomi kapitalis.

“Tanpa adanya demokrasi ekonomi yang mengacu Pancasila hanya akan membuat kaum kapital merajalela di Indonesia,” kata Revrisond (Republika 1 Juni 2015). Gagasan itu disampaikan dalam Kongres Pancasila VII dengan tema "Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat dalam Kawasan Terluar, Terdepan, dan Tertinggi" di UGM, Yogyakarta, setahun silam pada hari lahir Pancasila. Menurut Revrisond, implementasi nilai Pancasila, khususnya menyangkut nilai "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" dapat diterapkan dalam berbagai aspek mencakup sosial, budaya, politik, serta ekonomi.

Dalam aspek ekonomi, masyarakat yang betul-betul mengamalkan Pancasila akan lebih memilih pada konsep ekonomi yang berbasis pada demokrasi dan kerakyatan. “Namun entah mengapa sepertinya sekarang sulit sekali masyarakat mengatakan antikapitalisme,” kata Revrisond. Dengan sistem ekonomi yang berlandaskan Pancasila, ujar Revrisond, kemakmuran bukan hanya diperuntukkan bagi orang per orang, melainkan diprioritaskan bagi masyarakat luas.

“Dalam konteks tersebut pencapaian kemakmuran diterapkan dengan prinsip kebersamaan,” ujarnya. Namun entah mengapa, sudah 70 tahun lebih sejak negeri ini merdeka, penerapan sistem ekonomi Pancasila belum menjadi pilihan. Maka, timbul pertanyaan, mengapa sistem ekonomi Pancasila sulit diterapkan atau bahkan diterima?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement