REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Singgih Wiryono, wartawan Republika
Perkembangan Jakarta sebagai Ibu Kota negara teramat sangat pesat. Pembangunan infrastruktur yang menggurita membuat alat transportasi publik di Jakarta pun silih berganti. Bemo, moda transportasi publik awal kemerdekaan yang masih bertahan pun akhirnya disuntik mati Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Bemo yang merupakan akronim dari becak motor adalah salah satu bagian dari sejarah transportasi Jakarta. Sederet moda transportasi lawas yang lebih dulu punah adalah helicak, becak, trem, kereta uap, dokar, hingga getek.
Tidak banyak yang bisa bertahan, satu per satu transportasi yang dulunya akrab dengan masyarakat Jakarta ini tergerus oleh pembangunan kota Jakarta. Saat ini, yang masih bisa dilihat adalah bajaj atau bemo. Bajaj yang merupakan moda transportasi dari India tersebut masih diperbolehkan berlalu-lalang. Hanya, penggunaan bahan bakarnya berubah dari bensin menjadi gas. Nasib berbeda dialami 'sepupunya', bemo.
Kendaraan roda tiga ini bakal segera dihapus dan dilarang beroperasi. Pemprov DKI dalam beberapa pekan terakhir rutin merazia bemo lantaran izin operasinya dicabut.
Bemo pertama kali mengaspal di Indonesia pada 1962. Transportasi publik berasal dari Negeri Sakura tersebut disebut pertama kali dikeluarkan oleh prudusen anyar Daihatsu yang menggadang transportasi untuk mengakut barang beroda tiga. Sedangkan di Indonesia, bemo dimodifikasi menjadi sebuah kendaraan transportasi angkutan umum massal.
Kehadiran bemo, kala itu memang menjadi pilihan yang tepat di saat orang-orang berpikir untuk membuat sebuah usaha jasa angkutan dan transportasi publik. Seiring waktu, bemo sempat menjadi raja jalanan Ibu Kota. Di era itu, jalan-jalan Jakarta dibanjir bemo.
Pertumbuhan Jakarta yang pesat mengirim pesan horor bagi bemo dan pengemudinya. Persaingan produsen otomotif pada 1980-an membuat bemo yang menjadi raja jalanan Ibu Kota turun pangkat. Kendaraan roda empat seperti oplet buatan produsen Morris atau Austin asal Inggris menggerus kepopuleran oplet.
Setengah abad lebih melenggang di jalanan Jakarta, kini bemo terancam menjadi pengikut transportasi lainnya yang masuk lihat lahat. Didi Junaidi, sopir bemo yang saya temui menuturkan, kelahiran bemo di Indonesia dikenangnya bersamaan dengan peristiwa G30S/PKI. Menjadi bagian dari pengemudi angkatan awal, Didi mengenang masa jaya dari bemo yang sempat mengaspal hingga ke Bogor. Tak hanya di sekitaran Ibu Kota dan Bodetabek. Kendaraan berpenampilan unik ini juga pernah mengaspal di Ranah Minang, Sumatra Barat.
"Nostalgia. Tahun-tahun tersebut (1962) adalah tahun awal keberadaan transportasi publik pengganti becak," kata Didi.
Guna menelusuri seluk beluk sejarah kendaraan yang dikemudikan dengan setir bulat itu, saya menemui Management Museum Transportasi TMII, Wahyu Handayani. Ia merawikan, bemo yang diperkenalkan pertama kali saat penyelenggaraan GANEFO tahun 1962 merupakan pengganti moda transportasi tradisional becak. Indonesia sebagai penyelenggara GANEFO (Games of the New Emerging Force) membuat Jakarta sebagai pusat penyelenggaraan diserbu oleh wisatawan baik lokal maupun asing.
"Pada waktu itu, angkutan penumpang yang paling banyak melintas, pada umumnya adalah becak. Presiden Sukarno menganggap becak sebagai alat transportasi itu kurang menarik. Jadi Bung Karno menganggap kita harus mengubah citra kota Jakarta pada saat itu karena dalam rangka menyambut acara GANEFO," ujarnya.
Demo mengubah citra Jakarta yang tidak manusiawi karena mengandalkan becak sebagai alat transportasinya, Sukarno memilih Bemo sebagai sarana angkutan umum untuk menggantikan becak yang dikayuh dengan tenaga manusia. Bemo, juga menjadi sarana atlet yang akan berlomba di ajang GANEFO tersebut.
Namun kini, kendaraan yang pernah menjadi kehormatan mengangkut para atlet GANEFO sudah tak seperkasa saat awal kemunculannya dulu. Bemo yang usang kian tergerus pembangunan yang digadang pemerintah Jakarta. Berdasarkan catatan Dinas Perhubungan dan Transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Dishub Pemprov DKI Jakarta) saat ini masih ada 213 unit Bemo, sedangkan yang beroperasi hanya 163 unit Bemo.
Kebijakan pencabutan izin operasi bemo dimunculkan, dengan beragam alasan. Mulai dari tidak memiliki surat izin, tidak ramah lingkungan, usia kendaraan yang tak layak, hingga dinilai terlalu berbahaya untuk dijadikan angkutan umum massal.
Pada Jumat lalu (16/6), Kepala Seksi Pengendalian Opersional Sudin Perhubungan Jakarta Selatan, Edy Sufaat mengatakan sudah memberikan sosialisasi pada para pengemudinya untuk menanggalkan bemo mereka. Ancaman razia menjadi bagian dari sopir Bemo yang masih nakal mengais rezeki dengan angkutan antik ini.