Jumat 11 Aug 2017 05:11 WIB
HUT Bung Hatta

Menggali Pemikiran Bung Hatta tentang Ekonomi Kerakyatan

Bung Hatta
Foto: [ist]
Bung Hatta

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Melisa Riska Putri, wartawan Republika

Tahun ini, Bung Hatta genap berusia 115 tahun. Sudah lebih dari satu abad, tapi pemikiran-pemikiran politik dan ekonomi Bung Hatta masih terasa betul relevan bagi Indonesia. Pesan Si Bung tentang kedaulatan politik ekonomi, ekonomi kerakyatan, dan gerakan kooperasi dari desa masih dirindu rakyat Indonesia. Untuk menggali lebih lanjut pemikiran ekonomi Bung Hatta dengan konteks Indonesia kini, Republika mewawancarai putri pertama Hatta, Meutia Farida Swasono, di kediamannya. Berikut petikannya:

Seperti apa lingkungan yang membentuk Bung Hatta?

Bung Hatta itu diajar oleh kakeknya dari kecil untuk harus menghargai orang lain. Kakek saya dulu punya bisnis ekspedisi atau pengiriman paket dengan menggunakan kuda. Di sana, Hatta diajar untuk menghargai pegawai. Dari bisnis itu juga ayah saya melihat kuda, orang yang mengantar paket, orang yang memberi makan kuda, yang mengatur perjalanan, dan yang lainnya itu semua memiliki tugas masing-masing. Tapi, bagaimana mereka saling bersama untuk ekonomi yang baik.

Darimana pemahaman sosialisme kebersamaan Bung Hatta muncul?

Ayah saya orang Minangkabau, di situ kan keluarganya kuat untuk saling menolong. Ada pemimpin yang dengan anak buahnya saling kerja sama musyawarah mufakat. Ayah saya menyimpulkan bangsa Indonesia berdasarkan kebersamaan. Sistem ekonomi juga kebersamaan. Makanya, dibentuk koperasi. Koperasi itu usaha bersama untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Jadi, orang yang menjadi anggota koperasi harus mempunyai kepentingan yang sama.

Misalnya, koperasi didirikan karyawan yang kesulitan mencari makan. Para karyawan ini bekerja di gedung tinggi yang membutuhkan waktu lama untuk membeli makan siang sementara tidak sempat menyiapkan bekal makanan karena harus berangkat kerja sepagi mungkin. Mereka pun membuat koperasi makan siang yang mengatur segala sesuatunya, mulai dari membeli alat makan, sendok, menyiapkan menu, dan segala macam lainnya yang dikelola secara bersama. Kebersamaan itu sangat penting, artinya pengelolaan koperasi ini harus manusia seutuhnya.

Bagaimana pemikiran Bung Hatta tentang kedaulatan dan keadilan?

Indonesia merdeka dari Belanda dan kemerdekaan Indonesia itu bukan begitu saja merdeka. Rakyat harus sadar kedaulatannya. Mereka mempunyai negara dan mereka harus tahu negara ini sebesar apa. Itulah sebabnya, sampai sekarang kita harus tetap belajar. Anak-anak muda harus tetap belajar, anak kecil usia sekolah, bahkan sebelum sekolah pun kalau bisa orang tua menunjukkan peta Indonesia kepada anak mereka agar anak tersebut mengetahui Indonesia, negara kita. Nanti, kalau sudah umurnya bertambah, ditambah lagi pengetahuannya. Tapi, gagasan bahwa Indonesia itu memiliki kedaulatan harus semua rakyat Indonesia tahu. Setelah dewasa nanti, dia tahu kebesaran Indonesia yang secara ukuran lebih besar dari Eropa.

Dengan kesadaran tersebut, akan muncul perasaan cinta dan kebanggan pada Indonesia. Bahwa, kita ini dulu memerdekakan diri sendiri, tidak diberi oleh penjajah. Kita memerdekakan diri sendiri, proklamasikan sendiri.

Kemerdekaan dicapai dan berdaulat, sehingga perlu dijaga kedaulatan itu. Lalu, dengan prinsip persatuan. Ada banyak suku bangsa yang berbeda di Indonesia. Untuk menjaga negara ini, secara personal perlu diikat oleh Pancasila. Bukan sekadar berbangsa di dalam tetangga, kota maupun negara. Rakyat perlu hidup bersama dan harus memiliki perasaan sehati. Persatuan hati.

Kita harus melihat perbedaan tersebut baik suku maupun agama dari sisi persatuan, sama-sama negara Indonesia, sama-sama memiliki tanggung jawab untuk menjaga negara ini, dan memiliki cita-cita kemerdekaan yang diikat oleh Pancasila dan UUD 1945 yang didirikan oleh pendiri negara. Pada Pancasila ada akhlak, yaitu bagaimana mencapai adil dan makmur. Kita harus bekerja sama, merdeka, berdaulat, bersatu, apalagi diikat dengan Pancasila dan UUD 45. Kalau dilihat UUD 1945 semuanya adalah mengikat bangsa menjadi satu.

Adil dan makmur, sila kelima Pancasila itu. Semua agama bicara keadilan dan kemakmuran. Jadi, bangsa Indonesia miskin itu bisa terjadi karena terlahir dalam kemiskinan. Tapi, UUD 45 dan itu ayah saya yang mengonsep, rakyat Indonesia tidak boleh miskin terus sampai mati. Makanya, ekonomi itu berdasarkan Pasal 33 UUD 45. Fakir miskin dan anak terantar dipelihara oleh negara juga tertuang pada Pasal 34 UUD 45. Karena itu, Pasal 33 dan 34 di bawah satu bab bernama Kesejahteraan Sosial. Itu didesain oleh pendiri negara waktu merumuskan Pancasila.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement