REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Istiqlal tidak hanya berarti merdeka. Namun, Istiqlal juga menyimbolkan keberagaman dan toleransi bangsa Indonesia.
Sejarahwan Alwi Shahab mengisahkan Masjid Istiqlal adalah cita-cita Presiden Sukarno (Bung Karno) dan umat Muslim setelah kemerdekaan. Bung Karno menginginkan sebuah tempat ibadah yang juga berfungsi sebagai ruang dakwah, musyawarah, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam artikel Republika berjudul Mengenal Frederich Silaban, Arsitek Masjid Istiqlal yang Beragama Protestan, perancang masjid impian Bung Karno adalah Frederich Silaban, seorang umat Kristen Protestan. Silaban adalah pemenang sayembara desain Masjid Istiqlal pada 1955. Karya Silaban memakai sandi “Ketuhanan”. Bung Karno menyematkan julukan By the Grace of God (Dengan Rahmat Tuhan) pada Silaban. Silaban kerap disebut arsitek pengukir sejarah toleransi di Indonesia.
Lokasi Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral juga menyimbolkan keberagaman. Alwi Shahab mengatakan lokasi pembangunan Istiqlal sempat menjadi perdebatan antara Bung Karno dan wakilnya, Moh Hatta (Bung Hatta). Bung Hatta mengusulkan lokasi masjid dibangun di kawasan Thamrin, yang saat ini berdiri Hotel Indonesia. Alasannya, saat itu, banyak umat Islam tinggal di daerah tersebut.
Namun, Bung Karno memiliki pandangan lain. Bung Karno mengusulkan lokasi masjid dibangun di bekas Taman Wilhelmina atau bersebelahan dengan Gereja Katedral Jakarta. Saat itu, tidak banyak umat Islam yang tinggal di sekitar sana. Bahkan, masih banyak tempat hiburan malam di sana.
Bung Karno mempertimbangkan tentang keberagaman bangsa Indonesia, mulai dari agama, suku, budaya, bahasa dalam pemilihan lokasi. Sebelum Istiqlal dibangun, sudah berdiri Gereja Katedral yang megah. Bung Karno menyadari Indonesia itu negara beragam.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membenarkan sebelum dibangun, tidak banyak umat Islam tinggal di kawasan Menteng. Bahkan, saat itu lokasi Istiqlal saat ini merupakan daerah Pecinan.
Namun, JK mengisahkan, Presiden Sukarno memiliki filosofi berbeda. Pendirian masjid yang bersanding dengan Istiqlal mencerminkan bahwa bangsa ini didirikan bersama-sama.
“Jadi lengkaplah, masjid bersanding dengan (Gereja Katedral) dan didesain oleh seorang Kristen Protestan,” kata JK dalam acara Milad Istiqlal ke-39 pada 2017 lalu.
Ribuan warga mengikuti shalat Ied di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (31/8).
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar memiliki berbagai misi dalam memimpin masjid terbesar di Asia Tenggara itu. Pertama, Masjid Istiqlal harus menyimbolkan negara dengan ciri keislaman moderat bercorak rahmatan lil alamin.
Kedua, Masjid Istiqlal menjadi lambang persatuan dan kesatuan umat Islam berbagai mahzab. Ketiga, masjid Istiqlal menyimbolkan toleransi antarumat beragama. Salah satunya, karena berdekatan dengan rumah ibadah umat agama lain. Keempat, Masjid Istiqlal menjadi paru-paru spiritual Indonesia.
Dalam laman Kemenag.go.id, pengumuman sayembara rancangan gambar Masjid Istiqlal diumumkan melalui surat kabar pada 22 Februari 1955. Kemudian, sayembara dimenangkan Frederich Silaban dengan memakai sandi “Ketuhanan”. Pemancangan batu pertama sebagai penanda dimulainya pembangunan masjid terjadi pada 24 Agustus 1961. Kemudian, peresmian penggunaan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.