Selasa 12 Feb 2019 14:16 WIB

Jeritan Budak di Batavia; Hidup Segan, Mati Bunuh Diri

Banyak budak yang memilih bunuh diri karena mendapatkan penyiksaan yang sangat berat.

Red: Karta Raharja Ucu
Gedung Arsip Nasional RI. Gedung ini salah satu saksi bisu kejamnya masa perbudakan di Batavia.
Foto: Raisan/Republika
Gedung Arsip Nasional RI. Gedung ini salah satu saksi bisu kejamnya masa perbudakan di Batavia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu (Instagram: @kartaraharjaucu)

Bunyi lonceng yang berdentang dari halaman tengah Gedung Arsip Nasional, seperti 'suara kematian' untuk para budak di masa pemerintahan kolonial Belanda. Setiap 'Lonceng Perbudakan' bernada, semua budak harus siap-siap bekerja yang lebih kepada penyiksaan. Jika lonceng berbunyi dini hari, para budak harus segera bangun sekalipun mereka masih lelah.

Baca Juga

Puluhan kamar-kamar berukuran tak lebih dari 3x3 meter menjadi saksi bagaimana perbudakan yang pernah terjadi di Batavia. Letak kamar itu di bagian kiri dan kanan sayap Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.

Gedung yang jaraknya tak sampai 10 kilometer dari Pasar Ikan, pusat kota Batavia kala itu, dibangun oleh seorang pengusaha yang akhirnya menjadi Gubernur Jenderal Reinier de Klerk (1715-1780). Reiner de Klerk terjun ke dunia politik tahun 1777 dan kemudian menjadi gubernur jenderal Belanda.