Warga Jakarta pasti pernah mendengar nama Lapangan Banteng. Namun, tahukah Anda jika Lapangan Banteng yang kini sudah direvitalisasi dulunya kumuh. Apalagi sekitar 1970-an saat Jakarta masih dipimpin Gubernur Ali Sadikin, Lapangan Banteng sempat menjadi terminal bus.
Lapangan Banteng dibangun bersamaan dengan Lapangan Gambir atau Lapangan Ikada pada abad ke-19 oleh Gubernur Jenderal Daendels. Di zaman Hindia Belanda, Lapangan Banteng diberi nama Waterlooplein, sementara nama Lapangan Gambir atau Lapangan Monas dulunya bernama Koningsplein atau lapangan raja.
Pertanyaannya, mengapa lapangan itu disebut sebagai Lapangan Banteng? Sebelum bersalin nama menjadi Lapangan Banteng, lahan seluas 5,2 hektare area itu punya berbagai sebutan. Di era kolonial, lapangan itu disebut sebagai Lapangan Singa. Penyebabnya karena di tengah-tengah lapangan itu berdiri sebuah tugu dengan patung singa berdiri di atasnya.
Patung Singa berdiri di tengah-tengah Waterlooplein. Karena patung singa itu lapangan itu disebut Lapangan Singa. Tampak Gedung Putih yang dibangun Gubernur Daendels dan kini menjadi kantor Kementerian Keuangan. (tangkapan layar)
Tugu peringatan itu berdiri sebagai peringatan kemenangan Belanda melawan Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte dalam pertempuran Waterloo yang terjadi pada 18 Juni 1815 di dekat Kota Waterloo, sekitar 15 km ke arah selatan dari ibu kota Belgia, Brussels. Itu adalah pertempuran terakhir Napoleon saat dikeroyok pasukan gabungan Inggris-Belanda-Jerman. Dalam catatan sejarah, perang itu sebagai perang pamungkas dari seratus hari sejak larinya Napoleon dari pengasingannya di pulau Elba. Untuk mengejek kekalahan Napoleon, Belanda menyebut lapangan itu sebagai Waterloo Plein.