Sabtu 06 Jul 2019 06:13 WIB

Van Imhoff, Toko Merah dan Peristiwa Berdarah di Batavia

Toko Merah menjadi saksi pembantaian puluhan ribu etnis Tionghoa di Batavia pada 1740

Toko Merah tahun 1920
Foto: Tangkapan layar
Toko Merah tahun 1920

Di deretan bangunan-bangunan tua di Jalan Kali Besar Barat, Jakarta Kota, ada sebuah gedung yang berwarna mencolok, merah. Dinding dari batu bata yang didominasi warna merah itu menjadikan bangunan tersebut dikenal sebagai Toko Merah.

Pada 2012 Toko Merah akhirnya direstorasi ulang dan digunakan sebagai tempat pameran dan konferensi hingga saat ini. Bangunan ini memiliki ruangan cukup banyak, terdapat 16 lantai di lantai dasar, 8 buah di utara, 8 buah lainnya di selatan.

Bangunan ini dan sedikit bangunan tua yang masih tersisa di sepanjang Kali Besar Barat dan Timur di tepi Ciliwung, membentuk suatu lingkungan kesejahteraan yang mengingatkan lingkungan perkotaan Eropa masa lampau. Gedung yang pernah dijadikan tempat usaha oleh Kapiten Oey Liauw Kong tersebut dibangun 1730 di wilayah yang saat itu menjadi daerah elite dan pusat Kota Batavia.

photo
Toko Merah yang berada di jajaran bangunan tua dilihat dari Taman Apung Kali Besar Baru Kawasan Kota Tua, Jakarta.

Bangunan yang terdiri dari dua gedung itu beberapa kali pindah tangan. Pernah dimiliki anak Gubernur Jenderal Mossel yang bernama Philippine Theodore Mossel, didiami janda Gubernur Jenderal Renier de Klerk dan janda Gubernur Jenderal van der Parra. Pada 1743-1755 dijadikan Akademi Angkatan Laut, tempat VOC mendidik kader-kadernya di bidang pelayaran dan perkapalan.

Namun sejarah gedung ini melekat kuat dengan kisah Gubernur Jenderal Baron Gustav Wilhelm van Imhoff, yang mendirikan bangunan tersebut. Ia menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda pada periode 1743-1750.

Lalu siapa Baron van Imhoof? Dia gubernur jenderal VOC Hindia Belanda ke-27. Namun Imhoof bukanlah warga Belanda, melainkan berkebangsaan Jerman. Seperti banyak imigram Jerman lainnya di Batavia, sejak awal berdirinya VOC, ia berdinas dalam kongsi dagang di Asia Timur tersebut. Imhoof pun menjadi satu dari empat warga Jerman yang pernah mendapatkan jabatan tertinggi sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda.

Ia sebelumnya menjabat sebagai anggota Dewan Hindia Belanda. Namun ia terpilih menjadi Gubernur Kolonial Ceylon (sekarang Srilanka). Imhoof mengakhiri masa jabatannya sebagai gubernur kolonial Ceylon pada 12 Maret 1740 karena dipanggil pulang untuk mengabdi di Batavia.

photo
Toko Merah

Antara tahun 1790 sampai tahun 1808, di Batavia, Semarang, dan Makasar, memang setidaknya ada 2.000 tentara bayaran Jerman yang didatangkan VOC. Mereka dari resiman ‘Wurttemburg’. Namun pada 1808, Gubernur Jenderal Daendels membubarkan resiman itu tanpa alasan jelas. Tiga tahun setelah pembubaran tersebut, Daendels tak berhasil mempertahankan Batavia ketika diserang Inggris pada 1811.

Imhoff dan tiga gubernur jenderal VOC yang berasal dari Jerman bisa disebut beruntung karena dinobatkan menjadi orang nomor sati di Hindia Belanda kala itu. Dalam sejarah VOC di Batavia, Imhoff dikenal sebagai salah satu gubernur jenderal VOC yang berhasil. Meski dia disebut-sebut sukses karena campur tangan mertuanya yang juga mantan gubernur jenderal, Hyusman van der Hille.

Meski demikian, tak sedikit yang percaya kesuksesan yang didapatkan Imhoof karena masukan yang cukup radikal. Seperti melakukan reformasi di tubuh VOC, sampai memberantas KKN di lingkungan pejabat tinggi hingga rendah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement