Kamis 06 Jun 2024 08:54 WIB

Soal Ormas Kelola Tambang, Ketum PGI: Lembaga Keagamaan Perlu Hati-Hati

Bila PGI ikut menerima IUP, dikhawatirkan akan kehilangan legitimasi moral.

Ketum PGI Pdt Gomar Gultom
Foto: pgi.or.id
Ketum PGI Pdt Gomar Gultom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai imbas terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024, kini organisasi masyarakat (ormas) keagamaan berpeluang untuk mengelola usaha pertambangan batu bara. Menurut Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom, dirinya mengapresiasi kebijakan tersebut. Namun, itu tidak berarti PGI termasuk kelompok ormas yang siap menerima izin usaha pertambangan (IUP).

"Apresiasi saya terhadap keputusan Presiden yang memberikan IUP kepada lembaga keagamaan hendaknya tidak dipahami bahwa PGI sedang menyediakan diri untuk ikut dalam pengelolaan tambang," kata Pendeta Gomar Gultom kepada Republika, Kamis (6/6/2024).

Baca Juga

Pihaknya sejak awal mengingatkan, lembaga keagamaan seperti PGI memiliki keterbatasan dalam hal pengelolaan suatu tambang. Menurut dia, sebaiknya lembaga keagamaan berfokus pada pembinaan umat.

"Saya tentu menghormati keputusan lembaga keagamaan yang akan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh PP tersebut. Dalam kaitan inilah saya menyambut positif kebijakan ini, seraya mengingatkan perlunya kehati-hatian," ujar dia.

Pendeta Gomar mengatakan, hingga kini PGI masih mengkaji PP Nomor 25/2024, khususnya berkaitan dengan Pasal 83A. Yang jelas, lanjt dia, perkara mengelola tambang tidak termasuk bidang pelayanan PGI, di samping bahwa organisasi tersebut tidak memiliki kemampuan dalam aspek pertambangan batu bara.

"Ini benar-benar berada di luar mandat yang dimiliki oleh PGI," ucap dia.

Sejauh ini, PGI aktif mendampingi korban-korban kebijakan pembangunan, termasuk korban usaha tambang. Pendeta Gomar menyebut, ada kemungkinan bila PGI ikut menerima IUP, lembaga ini akan "berhadapan dengan dirinya sendiri." Dalam arti, sangat rentan kehilangan legitimasi moral.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement