Selasa 22 Dec 2015 07:00 WIB

Cikini, Rumah Raden Saleh Jadi TIM dan RS DGI

Taman Ismail Marzuki (ilustrasi)
Foto: jakarta.go.id
Taman Ismail Marzuki (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, diabadikan sekitar 1930-an. Masih sepi sementara pepohonan di kiri kanan sangat rimbun, yang kini sudah tidak didapati lagi di Jakarta yang megapolitan.

Di kanan jalan menuju arah Pegangsaan (Megaria), tampak berjejer tiang listrik yang kini sudah berada di bawah tanah. Di bagian kiri terlihat gedung yang sangat luas. Inilah kediaman pelukis kesohor Raden Saleh.

Raden Saleh membangun Istana Callenberg yang diarsiteki sendiri olehnya, meniru istana di Jerman. Seorang pelancong Amerika Serikat, Albert S Bichmore, melaporkan, "Tak ada penguasa pribumi di seluruh kepulauan Nusantara yang memiliki istana sehebat Raden Saleh."  

Raden Saleh memiliki tanah luas di Cikini sesudah menikah dengan Wilkelman yang memiliki tanah luas di Wiltevreden, sekitar Jakarta Pusat sekarang ini. Sesudah mengawini Rd Ayu Dnudirdjo dari kesultanan Yogyakarta, Raden Saleh membangun sebuah masjid di Jalan Raden Saleh, Cikini, yang hingga kini masih berdiri dengan megah.

Sampai akhir 1960-an, di kediaman Raden Saleh terdapat kebun binatang sebelum dipindahkan Gubernur Ali Sadikin ke Ragunan. Kebun Binatang Cikini yang letaknya di pusat kota ini menjadi tempat rekreasi warga, dengan adanya kontes musik pada akhir pekan dan hari libur.

Di tempat itu, Bang Ali membangun Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk mengabadikan seniman legendaris Betawi, Ismail Marzuki. Dia bersama Eddy Sud, Iskak, dan Ateng sering melawak di kebon binatang Cikini. Setelah berubah fungsi, di tempat ini dibangun bioskop kelas satu Garden Hall yang umumnya memutar film-film Barat.

Di Cikini, terdapat Pasar Cikini, yang banyak didatangi oleh warga Menteng untuk berbelanja. Pasar ini terkenal sebagai pusat penjualan bunga. Di depan pasar, terdapat stasiun kereta api Cikini.

Di belakang Jalan Cikini Raya yang kini berdiri pertokoan, hotel, dan mal, dulu banyak terdapat perkampungan Betawi. Antara lain, Cikini Kecil, yang lokasinya di belakang Hotel Sofyan Cikini sekarang.

Kampung ini sekarang sudah tidak tersisa lagi. Tapi, warga Cikini masih ingat nama Bir Ali. Nama sebenarnya Muhammad Ali, dia bersama Kusni Kasdut pernah terlibat perampokan emas di Museum Nasional di Jalan Merdeka Barat pada 1960-an. Bir Ali saat melakukan perampokan pernah menembak mati korbannya, yakni Ali Badjened di Jalan Kebon Sirih.

Dahulu, di tepi Ciliwung, terdapat Kampung Cikini Binatu (kini Jalan Raden Saleh II), tempat para tukang binatu memanfaatkan kali Ciliwung yang masih jernih. Langganan mereka adalah tuan dan nyonya yang tinggal di Cikini.

Tokoh lainnya di Cikini adalah H Asnawi, ahli pengobatan tulang yang oleh orang Jakarta disebut 'dukun pateh'. Entah berapa ribu orang yang patah tulang telah ditolongnya.

Usahanya sekarang ini telah diteruskan oleh keluarga dan kerabat di tempat yang terpencar-pencar di Jakarta. Di Jalan Raya Raden Saleh, terdapat restoran OASIS yang dibangun awal abad ke-20 oleh seorang buron Belanda, yang pada 1940 ditangkap atas tuduhan mata-mata Jepang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement