REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Pemda DKI Jakarta akan membersihkan sampah di sungai-sungai dalam upaya menanggulangi banjir dan menghidupkan kembali aliran sungai yang sebagian besar kini sudah menjadi selokan besar. Masyarakat tidak diperkenankan lagi membuang sampah di sungai-sungai, peraturan yang pernah diberlakukan pemerintah kolonial Belanda. Dalam foto terlihat pemandangan tempo doeloe di salah sungai di Batavia yang menyatu dengan rumah dan gedung penduduk.
Terlihat perahu dan sampan di Cina Town (Glodok) yang dengan bebasnya berseliweran di Kali Krukut. Perahu-perahu ini membawa kebutuhan pokok dari arah selatan ke utara (Jakarta Kota), dan sebaliknya dari Kota ke pedalaman.
Di masa itu banyak orang Betawi jadi tukang perahu. Terlihat bangunan gaya Cina menyatu dengan sungai.
Kala itu, banyak warga elite Eropa dan Cina di Batavia membangun gedung dan rumah di tepi sungai, parit dan kanal. Mereka saling berkunjung sesama tetangga dan kerabat melalui perahu dan sampan. Di kediaman mereka terdapat tempat menambat sampan.
Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak sungai. Seperti di Barat ada Kali Angke, Kali Blondongan, Kali Krukut dan Kali Grogol.
Di Timur ada Kali Gunung Sahari dan Kali Sunter. Ada lagi Kali Besar yang menampung air Kali Krukut di ujung barat Pancoran (Glodok) setelah jembatan Toko Tiga. Masih ada lagi kali Cipinang, kali Sunter, kali Cideng, kali Buaran dan kali Kramat Jati.
Jumlah sungai di Jakarta mencapai rekor pada masa VOC (Kompeni). Mereka gemar menggali kali-kali buatan atau kanal yang mereka namakan grachten. Mereka ingin menjadikan kota Batavia seperti kota-kota di negerinya yang memiliki banyak kanal dan parit.
Mereka menjuluki kota Batavia sebagai "Venesia dari Timur". Sungai dan kanal ini mereka jadikan sarana utama angkutan barang dagangan untuk memasok kota Batavia ke arah selatan.
Sekaligus sebagai jalan tol hingga ada istilah nama tempat tanah sereal. Artinya angkutan yang lewat di sungai ini harus membayar biaya tol satu real.
Puluhan kanal yang dibangun Belanda terutama di kawasan Jakarta Kota sebagian besar sudah menghilang dan berubah fungsi. Di samping menjadi jalan raya banyak menjadi bagian pekarangan rumah.
Tidak heran kalau banjir selalu menghantui kota Jakarta. Kanal-kanal yang berasal dari sodetan sungai diberi nama-nama Belanda. Seperti Tygersgrach, Leewegrach, Groonegrach, Keymansgrach dan masih banyak lagi.