REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Kawasan Harmoni di Rijswijkstraat (kini Jalan Majapahit) Jakarta Pusat diabadikan pada awal abad ke-20. Sulit dibayangkan, kawasan yang begitu asri dan tenang sekitar tiga perempat abad lalu kini hiruk pikuk dengan kendaraan bermotor dan sangat macet.
Di sebelah kiri, terlihat Gedung Harmoni yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Marsekal Willem Herman Daendels (1809) dan diselesaikan oleh Letnan Gubernur Sir Thomas Raffles (1815) pada masa Inggris.
Untuk membangun gedung yang megah ini, Daendels mengambil bahan-bahan dari puing-puing di Kota Tua (sekitar Pasar Ikan), Jakarta Utara. Yakni, ketika ia menghancurkan gedung-gedung VOC di Kota Tua. Dia kemudian memindahkan pusat kota ke Weltevreden karena Kota Tua merupakan sarang penyakit.
Gedung Harmoni pada abad ke-19 merupakan rumah perkumpulan tertua di Asia untuk warga Barat. Di gedung ini, kelompok elite Belanda, termasuk para gubernur jenderal, dengan rileksnya menikmati angin segar sambil berdansa di atas batu pualam yang didatangkan dari Eropa.
Harmoni yang dibangun dalam Empire Style memiliki atap yang tinggi dan miring. Itu menunjukkan pengaruh Prancis.
Rijswijkstraat, tempat Gedung Harmoni berada, merupakan pusat perbelanjaan dengan toko-toko Prancis (kini di Jalan Abdul Muiis). Pada saat Daendels, hubungan Prancis dan Nusantara berkembang erat.
Banyak pengusaha Prancis bergerak di bidang perhotelan, pemilik toko roti, toko kacamata, dan toko sepatu. Nama Rijswijk berasal dari kata rijst (persawahan) dan wijk (lapangan luas). Kedua kata tersebut menunjukkan keberadaan tempat ini sekitar dua abad lalu.
Dalam foto, terlihat sado atau delman yang bebas berlalu-lalang dan merupakan angkutan masa itu. Tampak lentera gas yang menerangi jalan-jalan raya pada masa itu. Di kanan, di antara gedung dan pertokoan, terlihat Apotek Rathkamp (kini Kimia Farma), apotek terbesar pada masa itu.
Gedung Harmoni yang bersejarah itu kini sudah merupakan bagian dari tempat parkir Sekretariat Negara. Termasuk, Hotel du Pavilion yang berada satu deretan di belakangnya. Hotel ini milik keluarga Sungkar Alurmei, kakak pembalap nasional Rifat Sungkar.