Jumat 22 Jan 2016 07:00 WIB

Sejarah Pembangunan Monas di Lahan Bekas Koningsplein

Koningsplein (Lapangan Raja) kini menjadi Lapangan Monas (Monumen Nasional)
Foto: IST
Koningsplein (Lapangan Raja) kini menjadi Lapangan Monas (Monumen Nasional)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Foto sekitar 100 tahun lalu memperlihatkan betapa sejuk, indah, dan asrinya salah satu jalan di Koningsplein (Lapangan Raja) kini menjadi Lapangan Monas (Monumen Nasional). Pohon-pohon besar dan rimbun di kedua sisi yang kini menjadi jalan protokol dan pusat kegiatan Pemda DKI Jakarta, ketika itu bernama Weltevreden (daerah lebih nyaman).

Nama Weltevreden merupakan julukan untuk daerah Gambir, Lapangan Banteng, Pasar Baru, dan sekitarnya. Diperkirakan foto ini mengabadikan Jalan Merdeka Timur karena di dekatnya (ujung jalan) terdapat Gereja Willem (Willemkerk) untuk mengabadikan Raja Willem dari Belanda. Gereja Protestan ini terletak di depan Stasiun Gambir yang diresmikan pada 1837.

Di Merdeka Timur yang kini menjadi salah satu pusat kemacetan di Jakarta, seperti terlihat di foto hampir tidak tampak kendaraan melintas. Di bagian kanan terlihat tembok-tembok yang kini seluruhnya menjadi bangunan bertingkat belasan. Kira-kira di tengahnya sekarang berdiri dengan megah Gedung Pemda DKI berlantai 30, tempat kerja gubernur Jakarta.

Lapangan Gambir, sebutan populer ketika itu, dibangun Gubernur Jenderal Marsekal Daendels (1808-1811) untuk memindahkan kota lama Batavia di sekitar kota dan Pasar Ikan karena menjadi kota yang tidak nyaman dan tidak sehat. Seperti juga sekarang yang makin banyak desakan agar Ibu Kota yang sumpek dan macet dipindahkan, Daendels ketika diangkat sebagai gubernur jenderal diperintahkan untuk memindahkan Ibu Kota dari Batavia ke Semarang atau Surabaya.

Tapi, dia memilih Weltevreden yang jaraknya sekitar 10-15 km selatan Batavia. Ada dua lapangan yang dibangun Daendels, satu lagi adalah Lapangan Banteng.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement