Nama ‘kota’ yang melekat hingga sekarang untuk daerah ini, menurut arkeolog Husnison Nizar diambilkan dari sebutan ‘kota berbenteng’. Waktu itu, kawasan perdagangan Glodok yang berada di luar benteng merupakan daerah pedalaman.
Tidak heran, kalau orang Belanda tidak berani mendatanginya karena banyak perampok dan binatang buas. Kawasan ini baru dibangun perumahan dan perkantoran pada abad ke-18.
Ketika menduduki Jayakarta, Coen sebenarnya ingin agar kota yang direbutnya itu dinamakan Nieuw Hoorn. Nama ini sama dengan nama sebuah kota di provinsi Noord Holland, tempat kelahirannya.
Tapi, saat ia masih berada di Maluku, kota ini telanjur diberi nama Batavia. Nama ini diberikan secara serampangan oleh seorang prajurit VOC yang mabuk saat pesta ‘gila-gilaan’ pada 12 Maret 1619.