REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Pelabuhan Sunda Kalapa dilukis pada 1859. Di sekitar tempat inilah kira-kira balatentara Islam di bawah pimpinan panglima perang dan mubaligh Fatahillah mengusir Portugis pada 22 Juni 1527.
Negara di Eropa Selatan ini berkat perjanjian kerja sama dengan Kerajaan Pajajaran telah diberikan hak untuk membangun loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kalapa. Perjanjian ini ditentang keras Kesultanan Islam Demak yang kemudian menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis.
Ketika pelabuhan itu dilukis, Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Karena akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan. Sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu.
Padahal kala itu, Kota Batavia mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi). Apalagi sejak dibukanya Terusan Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera.
Apalagi ketika itu Batavia menghadapi saingan Singapura yang dibangun Raffles (1819). Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang jaraknya sekitar 15 km dari Sunda Kalapa untuk menggantikannya.