Kamis 06 Jun 2024 20:40 WIB

55 Ribu Jamaah Haji Indonesia akan Murur di Muzdalifah

Jamaah haji harus menjaga kesehatan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi jamaah haji.
Foto: Amr Nabil/AP
Ilustrasi jamaah haji.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pada 9 Dzulhijjah mendatang, jamaah calon haji (Calhaj) Indonesia akan menjalani ibadah puncak Haji. Namun, 55 ribu jamaah Indonesia tidak akan bermalam (mabit) di Muzdalifah, mereka hanya akan melintas (murur) saat di Muzdalifah dan akan langsung ke Mina.

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Subhan Cholid mengatakan, sebanyak 55 ribu jamaah haji itu telah memenuhi empat kriteria murur, yakni mengalami risiko tinggi secara medis, jamaah lansia; jamaah disabilitas; dan para pendamping jamaah risti, lansia, dan disabilitas.

Baca Juga

"Setelah dihitung kurang lebih ketemu angka 55 ribu jamaah," ujar dia saat diwawancara di Kantor Daker Makkah, Kamis (6/6/2024).

Menurut Subhan, saat ini pihaknya terus melakukan pendataan melalui ketua sektor dan ketua kloter berbasis empat kriteria itu. “Ketua kloter nantinya akan menyampaikan ke ketua sektor,” kata dia.

Subhan mengasumsikan, setiap maktab ada 750-an jamaah yang melaksanakan murur di Muzdalifaha. Sehingga dengan jumlah 73 maktab yang ditempati jamaah haji Indonesia, angka 55 ribu itu bisa tercapai. 

“Nanti kita tinggal sesuaikan dengan jumlah bus yang diperlukan,” ucap dia.

Seluruh jamaah yang berangkat dari Makkah ke Arafah, kata dia, akan mengikuti skema normal. Pada tanggal 9 Dzulhijah (16 Juni 2024) ketika terbenam matahari di Arafah, jemaah mulai digerakkan menuju Muzdalifah dan juga ke Mina. “Pada fase ini trip pertama dan kedua diperuntukkan untuk jamaah murur,” kata Subhan.

Setelah selesai trip pertama dan kedua, jamaah non murur akan diikuti skema normal. Di mana mereka akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah pada pukul 23.00 Waktu Arab Saudi (WAS) dan mereka sudah harus berada di Mina paling lambat pukul 08.30 WAS. 

Subhan menambahkan, pada fase puncak haji titik kritis yang memang perlu diperhatikan adalah pada rute Muzdalifah-Mina. Karena, menurut dia, waktu yang tersedia untuk pergerakan Muzdalifah-Mina ini cukup singkat, yakni pada 10 Dzulhijjah malam hari sampai terbit matahari. 

"Tahun lalu saya rasakan ada keterlambatan pengangkutan jamaah setelah melewati tengah hari tentu ini jadi pelajaran penting," jelas Subhan.

Karena itu, menurut dia, sejak pertemuan Menteri Agama RI dan Menteri Haji Saudi salah satu yang menjadi konsen adalah bagaimana mengurai kepadatan di Muzdalifah tersebut.

"Setelah diskusi ketemu skema murur, jamaah melintas di muzdalifah tanpa turun atau langsung turun di Mina. Skema ini terus kita matangkan dan telah diujicoba," kata dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement