REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW, tidak serta-merta kondisi kala itu hidup dengan penuh kesejahteraan. Justru di saat itu ada dalam situasi yang penuh tantangan karena beberapa hal yang melandasinya.
Hal pertama mengapa masih ada kemiskinan di masa Rasulullah SAW, adalah karena tidak ada sungai untuk mengairi sawah. Kota Madinah adalah daerah agraris, dan budidayanya yang ditanam adalah pohon palem. Untuk mengairi area pertaniannya, harus dipikul sendiri, baik oleh tenaga manusia ataupun unta, sehingga ini menjadi sulit.
Di sana tidak ada sungai yang mengairi pertanian seperti di daerah-daerah pertanian lainnya. Ladang pertanian terbatas, dan tenaga kerja yang dibutuhkan terbilang sedikit karena budidaya pertama adalah pohon palem, yang memiliki musim terbatas.
Kedua, banyaknya pendatang. Madinah menerima banyak pendatang atau orang-orang yang berimigrasi datang ke Madinah. Setiap kedatangan membutuhkan dua hal yang lengkap, yaitu tempat tinggal untuk dirinya dan keluarganya, dan kedua adalah sumber penghidupan untuk mereka.
Begitu tingginya jumlah orang yang datang ke Madinah, Nabi SAW sampai pernah menyuruh mereka kembali ke daerah asalnya. Ini sebagaimana riwayat yang mengisahkan datangnya kabilah Muzainah berjumlah 400 orang, yang kemudian diperintahkan pulang ke asalnya.
Rasulullah SAW menyadari, Madinah tidak mampu menerima para imigran dalam jumlah yang besar, dan mengingat kondisi ekonomi yang ada saat itu. Maka Nabi SAW bermaksud untuk tetap menjaga kebertahanan kota Madinah kala itu.
Faktor ketiga berkaitan dengan faktor kedua. Ketiga ini ialah tingginya jumlah imigran yang menganggur. Pendatang di Madinah sebagian besar adalah berasal dari Bani Quraisy yang tidak menguasai apapun kecuali berdagang. Tidak ada seorang pun dari mereka yang pandai pada selain perdagangan. Ini karena sebelumnya terdapat banyak perbudakan.
Dampaknya, banyak pendatang di Madinah yang menganggur, setidaknya untuk jangka waktu tertentu, sampai mereka mengenal kondisi Madinah. Namun Madinah tidak dapat menampung jumlah pedagang yang besar saat itu.
Keempat adalah peperangan. Di zaman Nabi Muhammad SAW, kehidupan di kota Madinah sebagian besarnya berkutat pada peperangan. Peperangan seperti jamak diketahui menguras ekonomi dan membutuhkan harta kekayaan. Punya pasukan, tetapi tidak ada uang untuk mempersiapkan mereka mencapai medan pertempuran.
Kelima ialah terputusnya hubungan dagang Makkah dan Madinah. Betapa tidak, Madinah dan Makkah sejatinya memiliki hubungan dagang yang kuat. Namun transaksi perdagangan antarkedua wilayah itu berhenti setelah hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Hingga akhirnya memengaruhi aktivitas ekonomi.
Keenam yakni banyak harta yang ditinggalkan di Makkah. Ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, kalangan Muhajirin meninggalkan harta mereka di Makkah sehingga sebagian besar harta mereka ada di sana. Tidak mungkin juga membawa kembali semua harta itu, karena kelompok kafir Quraisy siap mencegah mereka berhijrah bersama Rasulullah.