Jumat 07 Jun 2024 20:20 WIB

Persaingan Antariksa Memanas, Cina Bakal Orbitkan 26 Ribu Satelit

Satelit komunikasi di orbit rendah bumi bisa jadi keunggulan militer.

Ilustrasi satleit di orbit rendah bumi.
Foto: IC
Ilustrasi satleit di orbit rendah bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Orbit rendah bumi bakal kian ramai. Cina dilaporkan akan menempatkan 26 ribu satelit di orbit rendah bumi, menambah kepadatan yang sebelumnya sudah diisi sekitar 6.000 satelit StarLink milik perusahaan SpaceX yang juga beroperasi di Indonesia beberapa waktu lalu.

Merujuk penjelasan NASA, orbit rendah bumi alias LEO mencakup orbit yang berpusat pada Bumi dengan ketinggian 2.000 kilometer atau kurang adri itu. Orbit ini dianggap cukup dekat dengan Bumi untuk memudahkan transportasi, komunikasi, observasi, dan pasokan. Ini juga merupakan area di mana Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) saat ini mengorbit.

Baca Juga

Saat ini, wilayah itu kian ramai diisi satelit untuk keperluan komunikasi satelit. Ia memiliki nilai strategis di bidang militer dan komersial. Nikkei melansir, pembangunan lokasi peluncuran pesawat ruang angkasa komersial untuk StarLink ala Cina itu sedang berlangsung di dekat Situs Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, salah satu pelabuhan antariksa negara tersebut untuk roket-roket besar, di provinsi selatan Hainan.

Lokasi peluncuran akan digunakan terutama oleh China Satellite Network Group, yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Cina. Grup ini didirikan pada 2021 setelah Beijing memberi tahu Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) tentang rencananya pada 2020 untuk meluncurkan sekitar 13.000 satelit untuk membangun jaringan internet berkecepatan tinggi.

China Satellite Network akan meluncurkan sekitar 1.300 satelit, atau 10 persen dari jumlah yang direncanakan, dari paruh pertama 2024 hingga 2029, menurut media Cina. Hal ini diharapkan dapat membuka jalan bagi peluncuran pada 2035 untuk membangun jaringan yang mendukung komunikasi 6G berkecepatan tinggi.

Para eksekutif puncak kelompok ini berasal dari perusahaan-perusahaan kompleks industri militer milik negara yang terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Ketuanya berasal dari China Electronics Corp yang bertanggung jawab atas teknologi informasi untuk keperluan militer, sedangkan presidennya berasal dari China Aerospace Science and Technology Corp. (CASC), yang mengembangkan roket dan produk lainnya.

Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Cina berencana menjadi kekuatan luar angkasa yang sebanding dengan Amerika Serikat pada sekitar 2030. Cina berencana membangun stasiun luar angkasanya sendiri dan menjelajahi Mars sambil meluncurkan satelit komersial. Konferensi Kerja Ekonomi Pusat yang diadakan pada pertengahan bulan Desember memutuskan untuk mengembangkan industri-industri strategis yang sedang berkembang seperti bisnis luar angkasa, termasuk peluncuran satelit komersial.

Pada 2020, Cina menyelesaikan Sistem Satelit Navigasi BeiDou, mendorong sejumlah besar perusahaan Cina untuk beralih dari Sistem Pemosisian Global. Afrika dan negara-negara lain yang memiliki hubungan dekat dengan Cina mungkin juga mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi ini untuk tujuan militer dan keamanan, termasuk upaya pemeliharaan perdamaian.

Bagaimanapun, kekhawatiran mengenai langkah Cina untuk menciptakan sistem mirip StarLink muncul di AS dan Eropa. Pemerintah Jerman memblokir sebuah perusahaan yang berhubungan dengan ruang angkasa di Shanghai -- pemegang saham besar di perusahaan rintisan satelit yang berbasis di Berlin -- untuk membeli sahamnya dari pemegang saham lain.

Raksasa kedirgantaraan AS, Boeing, telah membatalkan kontrak penjualan satelit dengan perusahaan rintisan AS setelah terungkap bahwa entitas yang didukung pemerintah Cina telah berinvestasi di perusahaan tersebut.

Sementara itu, sebuah perusahaan luar angkasa yang sebagian dimiliki oleh pemerintah kota Shanghai memiliki rencana untuk menempatkan 12.000 satelit ke orbit rendah Bumi. Perusahaan itu mengatakan akan meluncurkan lebih dari 600 unit pada akhir tahun 2025.

GalaxySpace (Beijing) Technology, sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh pegiat industri internet, berencana mengirimkan 1.000 satelit orbit rendah. Dikunjungi oleh Perdana Menteri Li Qiang pada April 2023, GalaxySpace akan meningkatkan proyeknya untuk membangun konstelasi satelit dengan dukungan dari pemerintah.

Selain itu, perusahaan kompleks industri militer CASC dan China Aerospace Science and Industry Corp. juga terus maju dengan rencana meluncurkan lebih dari 300 dan 200 satelit orbit rendah. Teknologi Satelit Chang Guang, yang antara lain didukung oleh pemerintah provinsi Jilin, mulai mengirimkan satelit orbit rendah pada tahun 2015 untuk memberikan gambar definisi tinggi kepada pelanggan. Ia berencana untuk meningkatkan jumlah satelit menjadi 138 pada 2025.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement