Sabtu 08 Jun 2024 08:03 WIB

Nabi Muhammad SAW Sultan Sejati, Berkurban 100 Unta

Kekayaan yang melimpah hakekatnya untuk berbagi kepada orang lain bukan disimpan apalagi didepositokan bertahun-tahun.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Partner
.

Replika Rumah Rasulullah yang dibuat 3D. (Foto: Dok. Sumatralink.id)
Replika Rumah Rasulullah yang dibuat 3D. (Foto: Dok. Sumatralink.id)

SumatraLink.id – Memasuki bulan Dzulhijjah, banyak hikmah yang dapat dipetik. Selain berhaji, tak kalah penting keutamaan dalam berkurban. Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) menjadi teladan sekaligus tempat berkaca bagi umatnya dalam berkurban seperti yang telah diwariskan makna kurban oleh Nabi Ibrohim kholilullah.

Di Mina, saat Haji Wada (perpisahan) Nabi Muhammad SAW berkurban 100 unta. Setelah shalat Idul Adha, Nabi SAW menyembelih langsung 63 unta, sisanya dilanjutkan Ali bin Abitholib rodhiyallahuanhu (RA).

Dari sini kita sadar, 14 abad lalu, Rasul SAW seorang “sultan”, istilah generasi Z saat ini menyebut ‘orang kaya’. Padahal, dalam banyak riwayat rumah Nabi SAW saat tinggal bersama istrinya Aisyah rodhiyallahuanha (RH) di pojokan Masjid Nabawi, Madinah, berukuran 3,5 meter (m) x 5 m x 2,5 m hanya beralaskan tanah dan pelepah daun kurma kasar, plus sedikit perabotan rumah seadanya.

Dalam Siroh Nabawi, saat shalat malam di kamarnya, Nabi SAW harus menggeser sedikit kaki istrinya hanya untuk sujud, itu berarti saking sempit kamarnya. Kesederhanaan rumah tangga Rasul SAW ini membuat sahabatnya Umar bin Khotob RA menangis sejadi-jadinya.

“Mengapa engkau (Umar) menangis?” tanya Rasul SAW.

"Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, Utusan Allah Subhanahu wata’ala (SWT). Kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan Kisra dan raja-rajanya hidup bergelimangan kemewahan,” jawab Umar RA, sahabat Nabi SAW kedua yang membela dan memperjuangkan kejayaan Islam pada masanya.

“Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka (raja-raja kala itu) di dunia, dan untuk kita (umat) di akhirat nanti?" terang Nabi SAW. (HR. Bukhori dan Muslim).

Baca juga: Begitu Istimewanya, Ada Apa di Bulan Dzulhijjah?

Makna kurban sesungguhnya telah dipraktekkan Nabi Ibrohim kholilullah kepada anaknya Ismail 'alaihissalam, dan telah diajarkan Rasul SAW, agar umatnya semata-mata untuk mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah SWT, dzat yang Maha Segalanya.


Meski hidup sangat sederhana sekali, tapi Nabi Muhammad SAW mampu berkurban hingga 100 unta. Sesungguhnya, Nabi SAW seorang kaya. Dapat dihitung, menurut portal kemenag.go.id, bila satu unta untuk korban atau untuk disembelih berkisar Riyal Saudi (RS) 3.000 atau setara Rp 12 juta (1 RS = Rp 4.000) per unta, kalau berkurban 100 unta di bulan Dzulhijjah ini, Nabi Muhammad SAW telah berkurban setara Rp 3,6 miliar. Menakjubkan....!

Baca juga: Ketika Jin Mencuri Berita Langit, Dukun Beraksi

Begitulah Nabi SAW, kekayaan yang melimpah dimiliki Rasul SAW digunakan untuk berbagi kepada manusia, bukan untuk disimpan atau didepositokan, apalagi seperti kebanyakan para “Sultan” zaman Now yang kerap mengumbar dan memamerkan hartanya di publik media sosial.

Baca juga: Istri dan Anak Menjadi Musuhmu, Berhati-hatilah

Kekayaan yang dimiliki hanya semata-mata untuk dunia dan tidak berbekas kepada orang lain sebagai tabungan di akhirat, justru hal itu nilainya tidak lebih baik dari sebelah sayap nyamuk. Wallahu’alam bishawab. (Mursalin Yasland)

sumber : https://sumatralink.id/posts/311915/nabi-muhammad-saw-sultan-sejati-berkurban-100-unta
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement