REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Coral Triangle Center (CTC) Rili Djohani mengatakan diperlukan pendekatan yang inklusif dan mengedepankan kesetaraan gender untuk menghadirkan konservasi laut yang berjalan dengan efektif. "Agar konservasi laut berjalan efektif, kita harus bersifat inklusif dalam pendekatan kita dan memberdayakan baik perempuan maupun laki-laki sehingga mereka dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam pengelolaan sumber daya laut mereka," jelas Rili, Sabtu (8/6/2024).
Hal tersebut pun dia sampaikan sejalan dengan peringatan Hari Laut Sedunia pada 8 Juni dan Hari Segitiga Terumbu Karang Dunia pada 9 Juni mendatang. Dalam memperingati Hari Laut Sedunia dan Hari Terumbu Segitiga Karang Dunia itu, CTC dan Photovoices International (PVI) juga berkolaborasi menggelar kegiatan webinar bertajuk “Tradisi Sasi dan Peran Perempuan Banda Mengelola Sumber Daya Laut” pada Jumat (7/6/2024) sekaligus untuk menyoroti hasil studi gender dan kultural yang dilakukan CTC dan PVI dalam mengelola sumber daya kelautan di Kepulauan Banda, Maluku.
Kajian CTC-PVI itu dilakukan di tiga desa, yakni di Lonthoir, Run, dan Ay dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan diskusi kelompok terpumpun. Kajian tersebut melibatkan 51 orang peserta yang terdiri atas 26 perempuan dan 25 laki-laki. Mereka merupakan perwakilan dari pemerintah desa, organisasi adat, komunitas remaja, nelayan, pendidikan, dan kelompok perempuan.
Menurut Senior Program Manager CTC Dr Hesti Widodo, pihaknya bersama PVU mendiseminasikan hasil kajian itu untuk menjelaskan pengaruh pandangan tradisional terhadap perbedaan peran laki-laki dan perempuan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut. Serta upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatkan partisipasi dan keterlibatan perempuan pada praktik sasi.
Ia menjelaskan, hasil kajian memperlihatkan perbedaan persepsi tentang peranan laki-laki dan perempuan dalam melakukan kegiatan mata pencaharian. Misalnya, di Lonthoir, kaum laki-laki beranggapan bahwa kegiatan pengumpulan kenari adalah kegiatan perempuan, sementara kaum perempuan beranggapan hal itu adalah pekerjaan laki-laki maupun perempuan.
Berikutnya, perempuan Lonthoir memandang bahwa pekerjaan laki-laki adalah menangkap gurita. Sementara kaum laki-laki beranggapan itu adalah aktivitas dari kedua belah pihak.
Lalu, terkait dengan praktik Sasi yang merupakan salah satu praktik untuk mengelola sumber daya alam berkelanjutan melalui aturan spesifik dan tidak tertulis, Senior Konsultan CTC Ria Fitriana mengatakan tradisi yang telah jamak ditemukan di wilayah Maluku dan Papua itu, masih terbilang baru di Banda. Dengan demikian, masyarakat Banda masih berproses untuk mengadopsi Sasi sebagai sistem pengelolaan sumber daya alam laut dan baru dideklarasikan oleh pemerintah desa setempat.