KINGDOMSRIWIJAYA, Palembang – Satu persatu bangunan peninggalan sejarah atau cagar budaya di Palembang terancam raib atau tergusur oleh pembangunan. Sebagai kota yang pernah diduduki bala tentara Jepang, Palembang banyak meninggalkan bangunan bersejarah yang dibangun pada masa pendudukan tersebut.
Salah satunya adalah Gua Jepang yang terletak di Jalan AKBP H Umar atau tepat di belakang pasar Km 5 Palembang. Gua tersebut masih berdiri dengan kondisi mengenaskan di atas lahan kosong sekitar 2 hektare. Tersiar kabar, lahan lokasi gua tersebut akan dijual oknum warga.
Mendapat kabar tersebut, Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) dipimpin Vebri Al Lintani bersama anggota AMPCB Mang Dayat, Genta, Isnayanti, Ahad (9/6) mendatangi Gua Jepang tersebut. Kondisinya tidak terawat, di sekitar gua sudah dikelilingi rumput dan semak belukar, tidak terawat. Bagian dalam gua dipenuhi sampah dan bau tidak sedap.
“AMPCB datang dan melihat langsung kondisi Gua Jepang ini semakin memprihatinkan. Di sini dulu ada dua bangunan, salah satunya sudah ambruk, sudah hancur dan akan terancam rusak berat. Kemudian ada patok tanah, menurut warga sekitar tanah ini diklaim oknum warga”, kata Vebri.
Menurut Verbri karena ada undang-undang yang mengatur untuk menguasai tanah tidak bisa seperti itu . “Sangat mengherankan, ini tanah negara ada cagar budaya tetapi diklaim sebagai tanah pribadi. Ini ada apa kira-kira?” ujarnya.
Melihat kondisi yang ada, AMPCB prihatin jika Gua Jepang dan peninggalan Jepang lainnya betul-betul terancam punah. AMPCB juga mendapat informasi dari warga, pernah ada yang menawarkan lahan Gua Jepang ini untuk dijual.
Menurut Ketua AMPCB, dari hasil penelusuran di sekitar kawasan Gua Jepang tersebut, ada tiga rumah atau bangunan peninggalan tentara Jepang yang dikuasai warga menjadi rumah pribadi, letaknya di lingkungan SMP Karya Ibu dan lainnya di lingkungan Rimba Kemuning.
“Tiga bangunan rumah tersebut memang bercirikan bangunan Jepang yang difungsikan sebagai posko atau juga bisa difungsikan sebagai bunker kecil. Kalau ditembak tidak tembus dan dindingnya tebalnya sampai satu meter”, ujarnya.
Anggota AMPCB sempat menyambangi rumah peninggalan Jepang di dekat SMP Karya Ibu dan mewawancara warga yang menempati rumah peninggalan Jepang tersebut.
“Selayaknya peninggalan ini diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena sebenarnya kita merdeka untuk membangun tapi pembangunan tidak hanya fisik tapi juga jiwa bangsa, Membangun jiwa bangsa itu ya dengan mengingat sejarah bahwa ada Jepang menjajah kita 3,5 tahun dan ada peninggalan-peninggalannya di sini, dan mereka bangun bukan dari uang Jepang tapi dari uang dari negeri tempat mereka jajah ini”, kata Vebri.
AMPCB juga mengharapkan, pemerintah daerah, apakah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan atau Pemerintah Kota Palembang melihat keberadaan Gua Jepang ini dari sisi pembangunan terutama jiwa bangsa atau pembangunan kebudayaan atau pembangunan sejarah ini semua untuk menumbuhkan nasionalisme, untuk mengenang sejarah.
“Tidak boleh kita melupakan sejarah, makin jauh kita dari identitas tambah lemah kita secara psikis, kita tidak percaya diri dengan bangsa ini. Gua Jepang ini adalah karya orang Jepang, barangkali orang Jepang yang anak anak veteran mau melihat Gua Jepang ini, ingin melihat tempat orang tuanya dulu berjuang. Ini peluang untuk wisata, kenangan-kenangan itu berpeluang dijual menjadi wisata”, kata Vebri.
Defence Heritage
Selain pemerintah daerah, AMPCB juga mengharapkan perhatian dan kepedulian dari Kodam II Sriwijaya dengan melihat Gua Jepang ini sebagai aset.
“Karena ini dulunya dikuasai Kodam Sriwijaya, dan komitmen Kodam II Sriwijaya untuk Gua Jepang ini tidak ada lagi. Kini kondisinya sudah banyak beralih tangan, kita tidak tahu siapa dulu prajurit yang menunggu aset Jepang ini? Tidak tahu bagaiman proses beralihnya seperti apa? Tetapi ini harus dihargai sebagai suatu bentuk wilayah kekuasaan negara dan sebagai defence heritage”, ujar Vebri Al Lintani
AMPCB ke depan berencana melakukan kajian peninggalan Jepang di Palembang sebagai defence heritage atau budaya yang bernilai pertahanan termasuk Gua Jepang.
“AMPCB akan membuat rekomendasi, kita tetap meminta dan mengadvokasi pemerintah karena pemerintah yang punya wewenang, punya kekuasaan dan anggaran untuk merevitalisasi Gua Jepang ini. Kondisi saat ini sudah sangat-sangat genting, sangat terancam punah”, katanya. (D Oskandar)