Senin 10 Jun 2024 20:29 WIB

Korsel Sebut Korut Kirim 310 Balon Pembawa Sampah

Ketegangan antara Korsel dan Korut meningkat akibat pengiriman balon berisi sampah.

Sebuah balon yang diduga dikirim oleh Korea Utara, terlihat di sawah di Incheon, Korea Selatan, Senin, 10 Juni 2024.
Foto: Im Sun-suk/Yonhap via AP
Sebuah balon yang diduga dikirim oleh Korea Utara, terlihat di sawah di Incheon, Korea Selatan, Senin, 10 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara kembali mengirim 310 balon pengangkut sampah ke arah Korea Selatan, menurut militer Korsel, di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua Korea akibat beberapa aksi pengiriman balon oleh Korut. Sebagai tanggapan atas pengiriman balon-balon itu, Korsel memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara setelah sempat berakhir pada enam tahun silam.

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) Kolonel Lee Sung-jun pada Senin mengatakan balon berisi kertas bekas dan plastik yang dikirim Korut pada Ahad (9/6/2024) malam tersebut gagal mencapai Korea Selatan karena angin bertiup ke arah timur dan sekitar 50 balon ditemukan melintasi perbatasan.

Baca Juga

Lee menuturkan bahwa hingga pukul 8.30 pagi waktu setempat tidak ada balon tambahan yang terdeteksi melayang di udara, namun jumlah balon yang jatuh di Korea Selatan diperkirakan akan meningkat karena pihak militer terus menerima laporan mengenai hal tersebut.

Peluncuran balon pengangkut sampah pada Ahad tersebut menandai aksi pengiriman terbaru balon oleh Korea Utara yang dimulai pada 28 Mei yang digambarkan sebagai respons balas dendam terhadap selebaran anti-Pyongyang yang dilakukan oleh para aktivis di Korea Selatan.

Korea Utara diperkirakan telah meluncurkan lebih dari 1.600 balon pengangkut sampah sejauh ini. Peluncuran balon terbaru terjadi beberapa jam setelah Korea Selatan melanjutkan siaran propaganda melalui pengeras suara di wilayah perbatasan.

Aksi propaganda tersebut mengutuk upaya Korea Utara untuk menimbulkan kekhawatiran publik sebagai hal yang tidak dapat diterima dan berjanji untuk mengambil “tindakan yang sesuai.”

Lee mengatakan militer tidak mendeteksi adanya aktivitas militer Korea Utara yang tidak biasa setelah siaran tersebut yang berlangsung sekitar dua jam dari jam 5 sore. Siaran tersebut merupakan yang pertama sejak dihentikan berdasarkan deklarasi antar-Korea pada 2018.

JCS memperingatkan bahwa keputusan siaran berlanjut atau tidak akan bergantung pada tindakan Korea Utara.

“Mempertimbangkan situasi strategis dan operasional, (kami) akan melakukan operasi secara fleksibel,” kata Lee ketika ditanya mengapa militer tidak melanjutkan siaran setelah peluncuran balon terakhir.

Sebuah sumber militer mengatakan Korea Selatan kemungkinan tidak akan mengoperasikan pengeras suara lagi pada Senin dengan alasan perlunya mengelola situasi dengan Korea Utara.

Sumber pemerintah lainnya mengatakan dimulainya kembali kampanye melalui pengeras suara pada hari sebelumnya tidak berarti Korea Selatan akan melakukan siaran lagi pada Senin.

Pyongyang pernah bereaksi dengan marah terhadap siaran tersebut di masa lalu, dengan melepaskan tembakan artileri ke arah Korea Selatan pada Agustus 2015 untuk menanggapi siaran propaganda melalui pengeras suara itu. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement