Selasa 11 Jun 2024 05:00 WIB

Di Tengah Upaya Gencatan Senjata, Israel Terus Lakukan Pembantaian

Amerika dituding bias ke Israel soal gencatan senjata.

Anak-anak Palestina yang terluka akibat bombardir Israel di Jalur Gaza dirawat di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir al Balah, Ahad, 9 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Saher Alghorra
Anak-anak Palestina yang terluka akibat bombardir Israel di Jalur Gaza dirawat di Rumah Sakit al-Aqsa di Deir al Balah, Ahad, 9 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu disebut kembali mencoba menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang akan mengakhiri serangan brutal ke Jalur Gaza. Saat Hamas disebut belum menerima kesepakatan gencatan senjata, kenyataan di lapangan justru Israel yang terus melakukan pembantaian. 

Kantor berita WAFA melansir, lima warga sipil syahid  dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan kota Rafah dan Khan Younis, di selatan Jalur Gaza pada Senin (10/6/2024). Sumber-sumber medis mengatakan bahwa lima warga sipil tewas dan 30 lainnya terluka akibat pemboman pendudukan di kota Rafah, dan mencatat bahwa kota tersebut telah menyaksikan penembakan artileri yang sedang berlangsung di sekitar Bundaran Al-Alam di sebelah barat kota.

Sementara itu, pesawat-pesawat tempur pendudukan juga menargetkan tenda-tenda pengungsi di Mawashi Khan Yunis, yang mengakibatkan beberapa warga sipil terluka. Jumlah syuhada akibat agresi mematikan Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 kini telah melonjak menjadi 37.124 orang pada Senin. WAFA menambahkan bahwa setidaknya 84.712 orang lainnya juga terluka dalam serangan gencar tersebut.

Setidaknya 40 orang syahid dan 218 lainnya terluka dalam serangan Israel yang terjadi dalam 24 jam terakhir, tambah mereka. Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat masih belum dapat menjangkau mereka.

Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, berbicara kepada Aljazirah Arabia tentang kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan AS dan prospek untuk mengakhiri perang. Dia mengatakan Israel menyerang kamp Nuseirat dan membebaskan empat tawanan Israel sambil membunuh sedikitnya 274 warga Palestina pada Sabtu lalu untuk menghalangi perjanjian apapun yang akan mengakhiri perang.

Haniyeh menuduh Amerika Serikat (AS) menjadi bagian dari serangan tersebut, dan mengatakan bahwa pemerintahan Biden “tidak kalah jahatnya” dibandingkan kepemimpinan Israel.

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kelompoknya akan terlibat secara positif dengan setiap proposal yang mengakhiri perang, sambil menyerukan Amerika Serikat untuk mendorong Israel menuju gencatan senjata permanen.

“Kami menyerukan kepada pemerintah AS untuk memberikan tekanan pada pendudukan untuk menghentikan perang di Gaza dan gerakan Hamas siap untuk menangani secara positif setiap inisiatif yang dapat mengakhiri perang”, kata Abu Zuhri dalam komentar yang dimuat oleh Reuters.

Pernyataan itu muncul ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai perjalanan ke Timur Tengah sebagai bagian dari upaya gencatan senjata yang diperbarui. Blinken diperkirakan pertama kali tiba di Kairo hari ini, setelah itu ia akan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel Netanyahu.

Abu Zuhri mengatakan komentar Blinken dalam kunjungan itu mengenai proposal gencatan senjata di Gaza menunjukkan “bias terhadap Israel”. “Pidato Blinken selama kunjungannya ke Mesir… memberikan kedok Amerika atas bencana yang dilakukan oleh pendudukan di Gaza,” katanya kepada Reuters.

 

 

Desakan Blinken... baca halaman selanjutnya

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement