REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akhirnya meloloskan resolusi yang mendukung proposal gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan untuk mengakhiri serangan delapan bulan Israel di Gaza. Pemungutan suara pada resolusi yang disponsori AS pada Senin adalah 14-0, dan Rusia abstain.
Ini adalah pertama kalinya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata setelah delapan bulan agresi di Gaza oleh militer Israel. Serangan brutal tersebut telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina. AS sebelumnya terus memveto seruan gencatan senjata yang coba diloloskan di DK PBB.
Resolusi semalam menyetujui proposal gencatan senjata tiga fase yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden bulan lalu, yang menyerukan gencatan senjata awal selama enam minggu dan pertukaran beberapa tawanan Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Tahap kedua akan mencakup gencatan senjata permanen dan pembebasan sisa tawanan. Tahap ketiga akan melibatkan upaya rekonstruksi Jalur Gaza yang hancur.
Aljazirah melaporkan, AS mengatakan Israel telah menerima usulan tersebut. Meskipun faktanya beberapa pejabat Israel telah berjanji untuk melanjutkan perang sampai tersingkirnya Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Gaza. Israel juga masih melakukan pemboman yang menewaskan warga sipil sementara resolusi dibahas semalam.
Resolusi tersebut menyerukan Hamas, yang telah mengatakan mereka memandang proposal tersebut “secara positif”, untuk menerima rencana tiga tahap tersebut. Mereka mendesak Israel dan Hamas “untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratannya tanpa penundaan dan tanpa syarat”.
Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, menekankan garis Amerika Serikat bahwa hanya Hamas yang tersisa untuk menerima kesepakatan gencatan senjata dari Presiden AS Joe Biden.
“Selama berbulan-bulan Amerika Serikat telah bekerja sepanjang waktu bersama Mesir dan Qatar untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas,” katanya di markas besar PBB di New York.
“Kesepakatan ini akan memulangkan para sandera, menjamin keamanan Israel, dan memungkinkan gelombang bantuan kemanusiaan dan layanan penting termasuk air dan listrik, fasilitas medis dan pemindahan puing-puing kepada warga sipil Palestina di Gaza, dan membuka jalan bagi penyelesaian politik yang memberikan solusi yang lebih baik. masa depan bagi Israel dan Palestina.”
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyambut baik gencatan senjata “permanen”, penarikan Israel dari Jalur Gaza, pertukaran tawanan, rencana untuk membangun kembali, kembalinya pengungsi Palestina ke rumah mereka, dan penolakan terhadap perubahan atau penyusutan demografi wilayah terkepung itu serta masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
“Kami menegaskan kesediaan kami untuk bekerja sama dengan saudara-saudara kami sebagai lawan bicara untuk bernegosiasi secara tidak langsung mengenai bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ini yang sejalan dengan rakyat kami dan tuntutan perlawanan,” kata Hamas.
Sebaliknya, belum ada jaminan dari pihak Israel. “Saya rasa pemerintah Israel tidak akan senang mendengar hasil pemungutan suara Dewan Keamanan PBB. Saya pikir pemerintah Israel terkejut,” kata Alon Liel, mantan direktur kementerian luar negeri Israel, kepada Aljazirah.
Liel mengatakan sebagian besar analis memperkirakan Rusia akan memveto resolusi yang diusulkan AS di Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. “Saya kira besok akan ada pagi yang sangat sibuk untuk membahasnya,” ujarnya.
Liel menambahkan, negara kunci yang menekan Israel agar menerapkan resolusi gencatan senjata PBB bukanlah Amerika Serikat, melainkan Mesir.
“Mesir kini berada dalam posisi untuk memberikan tekanan besar pada Israel untuk mengakhiri perang. Perang setiap hari semakin dekat ke perbatasan Mesir, semakin dalam ke Rafah, dan semakin banyaknya pengungsi yang masuk ke Mesir,” kata Liel.
Utusan Aljazair untuk PBB Amar Bendjama mengatakan negaranya mendukung rancangan resolusi tersebut karena “hal ini dapat mewakili langkah menuju gencatan senjata yang segera dan abadi”.
“Aljazair terlibat dalam proses negosiasi dengan itikad baik, bekerja sama dengan mediator Palestina untuk mencapai resolusi yang menjamin gencatan senjata segera dan diharapkan akan memiliki dampak nyata di lapangan. Teks ini tidak sempurna, namun menawarkan secercah harapan bagi rakyat Palestina.”
Bendjama mengatakan Aljazair “tak tergoyahkan” dalam komitmennya untuk “menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel di Gaza selama masa-masa kelam dalam sejarah umat manusia”.
“Prinsip panduan satu-satunya di Aljazair adalah pelestarian kehidupan warga Palestina. Kita tidak bisa berdiam diri sementara pasukan pendudukan Israel terus memusnahkan warga Palestina.”
Detail draf gencatan senjata... baca halaman selanjutnya