Selasa 11 Jun 2024 07:51 WIB

Menelusuri Rumah Khadijah dan Rasulullah di Masjidil Haram

Khadijah merupakan putri pembesar Quraisy.

Lukisan Masjidil Haram dari masa akhir abad ke-19.
Foto: dok wikipedia
Lukisan Masjidil Haram dari masa akhir abad ke-19.

 

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Setelah berusia 25 tahun, Nabi Muhammad membangun mahligai rumah tangga bersama Siti Khadijah. Ia adalah seorang janda kaya raya yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk membantu Rasulullah dalam mensyiarkan Islam. 

Baca Juga

Saat itu Khadijah bukan perempuan biasa. Ia adalah Sang Putri Quraish. Ia diriwayatkan lahir pada tahun 556 Masehi dari pasangan Khuwaylid bin Asad dan Fatimah bin Zayd. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwaylid ibn Asad ibn 'Abd al-'Uzza ibn Qusayy. 

Setelah menikah, Rasulullah dan Khadijah tinggal di sebuah rumah yang kini jejaknya masih dapat ditemukan di area Masjidil Haram. Pada Kamis (6/6/2024) dini hari, saya pun pergi ke Masjidil Haram untuk menelusuri rumah cinta Khadijah dan Rasulullah itu. 

Sebelum berangkat ke Masjidil Haram, saya telah mendapatkan informasi bahwa Rumah Siti Khadijah terletak di Zuqaq al-Hajar, yang berada tak jauh dari masa'a atau tempat jamaah haji melaksanakan ibadah sai. 

"Dari pintu keluar Marwah, belok kanan sedikit. Di situ lah rumah Khadijah bersama Nabi," kata salah konsultan ibadah di Daker Makkah, KH Mohammad Adnan. 

Untuk memastikan itu, saya pun berangkat menuju Masjidil Haram dan tiba di masjid itu menjelang Subuh. Setelah melaksanakan sholat Subuh berjamaah di hadapan Ka'bah, lalu saya pergi ke masa'a. Di sana, tampak ribuan jamaah dari berbagai dunia tengah melaksanakan sai dari bukit Safa ke Marwah.

Di bukit Marwah, seorang jamaah haji Indonesia tampak berdebat dengan seorang askar berseragam loreng biru. Jamaah perempuan itu menggunakan bahasa Indonesia. Sementara, sang askar menggunakan bahasa Arab. 

Jamaah bernama Susilowati itu tampak kebingungan dan tak mengerti apa yang diucapkan askar. Melihat itu, saya pun menghampiri ibu itu. Setelah menenangkan, saya bertanya:  

"Ada apa bu?"

"Saya mencari suami saya. Saya terpisah tadi bersama rombongan," ujarnya. Sementara, sang askar sudah mengalihkan perhatiannya untuk mengatur pergerakan jamaah lainnya.  

Di tempat suci dan bersejarah itu, Susilowati (52 tahun) mengaku sudah satu jam menunggu suaminya. Di bukit Marwah, ia hanya berdiri memandangi setiap jamaah yamg lewat, namun sang suami belum juga muncul. Sementara, untuk menghubungi suaminya, ia belum mengisi pulsa.

Lalu kami menuju pos pengamanan yang berada tak jauh dari pintu keluar bukit Marwah. Di sanalah kami bertemu petugas haji lainnya. Jamaah haji asal Bekasi itu pun akhirnya memilih untuk menunggu suaminya di pos itu dengan ditemani petugas haji Indonesia. 

Pos yang dimaksud di sini tentu bukan seperti halnya pos ronda yang ada tempat duduknya. Pos itu hanyalah istilah yang dipakai untuk menentukan titik para petugas haji Indonesia berjaga untuk melayano jamaah yang tersesat atau ketinggalan rombongannya. 

Setelah jamaah itu merasa aman, saya pun kembali fokus mencari jejak rumah Siti Khadijah. Dari pos dekat Marwah itu, lalu saya pun berjalan sekitar 10 meter menuju arah Terminal Jiad atau Tower Zam-Zam. Di sana lah tampak sebuah dataran agak tinggi yang diberi pembatas plastik berwarna hijau berbentuk lingkaran.

Lokasi itu lah yang diyakini sebagai rumah Siti Khadijah dan Rasulullah. Di area itu juga terdapat sebuah tiang lampu yang menjulang. Di tengah-tengah pembatas itu juga terdapat beberapa jamaah yang tengah duduk. Merpati yang hampir semuanya berwarna abu-abu juga bergerombol di sana. 

Jamaah yang melintasi wilayah itu tampak biasa-biasa saja. Hanya sesekali nampak ada yang berhenti dan berswafofo. Mereka tidak menyadari bahwa lokasi itu merupakan kediaman Khadijah dan Rasulullah di masa lalu. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement