Selasa 11 Jun 2024 15:24 WIB

Bukan olok-olok, Canda dan Jenaka Dibolehkan Dalam Islam

Islam membolehkan canda yang jauh dari kesan olok-olok dan hal tak terpuji lainnya.

Seorang pria tertawa (ilustrasi). Dalam Islam, ada pedoman bercanda yang pelru diperhatikan oleh Muslim dan Muslimah.
Foto: Dok. Freepik
Seorang pria tertawa (ilustrasi). Dalam Islam, ada pedoman bercanda yang pelru diperhatikan oleh Muslim dan Muslimah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini, pengguna media sosial dihebohkan oleh perangai beberapa anak muda. Pasalnya, dalam sebuah video yang viral, mereka tampak sedang makan ayam goreng di restoran cepat saji sembari mengucapkan olok-olok tentang anak-anak Palestina yang sedang menjadi korban genosida Zionis Israel.

Olok-olok yang ditunjukkan para gadis asal Jakarta itu menuai kecaman berbagai pihak. Apalagi, seorang dari mereka, yakni yang berkaca mata, mengatakan dirinya menyantap ayam goreng yang menurutnya, serasa makan "tulang anak-anak Palestina."

Baca Juga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), olok-olok adalah 'perkataan yang mengandung sindiran.' Berbeda dengan canda dan jenaka, ada kesan bahwa olok-olok bertujuan untuk mengejek walaupun kata-kata yang digunakan barangkali "lucu" bagi yang mengucapkannya.

Islam tidak melarang seseorang menyampaikan hal yang lucu atau berbuat jenaka. Dalam Alquran surah an-Najm ayat 43 dijelaskan, di antara fitrah manusia ialah tertawa. Hidup memang tak selalu "hitam", tetapi adakalanya juga "putih", yakni cerah dan penuh kegembiraan.

Salah satu bentuk rasa gembira itu ialah ekspresi canda. Nabi Muhammad SAW pun dalam hidupnya pernah bercanda.

Dalam akhlak islami, membuat orang lain bahagia pun dianjurkan sebagai kebajikan. Nabi SAW bersabda, "Senyummu untuk saudaramu adalah kebajikan (sedekah)” (HR Imam Ahmad).

Bercanda boleh dilakukan, asalkan tidak diiringi berbagai perbuatan tak terpuji. Misalnya, berbohong, berbicara kotor, mengolok-ngolok, atau merendahkan sesama manusia. Janganlah hanya demi mendapatkan tawa dari orang lain, perbuatan-perbuatan buruk itu dilakukan.

Nabi SAW bersabda, ”Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa" (HR Abu Dawud). Dalam hadis lainnya, beliau menegaskan, "Sesungguhnya tidaklah aku berbicara, kecuali yang benar” (HR Tirmidzi).

photo
Empat remaja putri makan di restoran cepat saji dengan mengolok-olok penderitaan rakyat Palestina. - (tangkapan layar)

Canda Nabi

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, ada seorang laki-laki meminta kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau membawanya di atas kendaraan. Lantas, Rasulullah berkata, ”Aku akan membawamu di atas anak unta.”

Orang tadi pun bingung. Sebab, ia hanya melihat seekor unta dewasa, bukan anak unta.

Rasulullah menjelaskan, ”Bukankah yang melahirkan anak unta itu seekor unta juga?” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Contoh lainnya dari canda Nabi ialah kisah berikut. Suatu hari, Rasulullah SAW kedatangan seorang nenek tua yang bertanya, ”Apakah kelak diriku akan masuk surga?”

Nabi SAW pun menjawab, ”Tidak akan ada nenek-nenek di surga.”

Mendengar jawaban itu, spontan sang nenek menangis sedih. Lantas, Rasulullah SAW menjelaskan kepadanya. Kelak, tidak ada nenek-nenek di surga. Sebab, semua ahli surga akan kembali belia. Sang nenek pun kembali tersenyum senang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement