Rabu 12 Jun 2024 11:44 WIB

Kisah Sandera yang Di-bully Warga Israel Akibat Speak Up 'Kebaikan' Hamas

Agam merasa disakiti warga Israel karena tindakan yang dilakukan.

Agam Goldstein
Foto: Quds Network
Agam Goldstein

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agam Goldstein-Almog, sandera yang dibebaskan dari penahanan Hamas, berbagi pengalamannya  di Konvensi Pemerintah Daerah pada Ahad lalu. Dia mengulas operasi penyelamatan yang membebaskan empat sandera di Shabbos. Dia pun merefleksikan perasaannya sendiri sejak pembebasannya.

Goldstein menggambarkan keadaannya saat ini sebagai sesuatu yang tidak nyata. Dia mengaku seakan mengalami halusinasi saat sudah kembali.

Baca Juga

"Pada hari saya kembali, saya berpikir, ‘Wow, pagi ini saya buang air di sebuah terowongan.’ Saya melihat para sandera yang kembali diliputi perasaan. Mereka tidak kembali ke kehidupan mereka, mereka membangun kembali kehidupan mereka dari nol. Saya masih belum hidup kembali, saya tidak berada di rumah, saya sedang menghadapi kehilangan, saya masih belum menyentuh trauma,"ujar Agam dilansir laman matzav.com.

Lebih jauh, Agam mengekspresikan rasa sakitnya akibat ulah sesama warga Israel. Dia berkata, “Saya disakiti oleh warga Israel atas tindakan yang saya lakukan juga. Saya, Agam, 18 tahun, kehilangan ayah dan saudara laki-laki saya, tetapi jika dilihat dari keadaan, saya Agam, dan saya kembali dari penawanan. Saya menerima reaksi mengejutkan dari orang-orang yang tinggal di sini, di tanah yang sama dengan saya. Saya kembali setelah tinggal bersama orang Arab selama 51 hari. Saya mendapat reaksi seolah-olah Anda adalah musuh saya. Mengapa mereka bereaksi buruk? Itu menghabisiku.”

Agam pun menyinggung kritik yang dia hadapi saat mendiskusikan para penculiknya: “Saya menceritakan hal-hal tentang hubungan saya dengan para penculik saya dan orang-orang tidak menyukainya. Saya menyajikan sisi bagaimana manusia berinteraksi dan karena itu, saya dikritik. Reaksi orang-orang sangat keras.”

Goldstein mempertanyakan penghakiman yang dihadapi oleh para sandera yang kembali, dengan menyatakan, “Mengapa kita menghakimi para sandera yang kembali dari penawanan? Karena mereka kembali sambil tersenyum? Ini adalah pengalaman gila yang tidak bisa diatasi. Saya tidak yakin apakah mungkin untuk memahami dan memprosesnya.”

Dia mengakhiri dengan seruan untuk melanjutkan upaya penyelamatan sandera yang tersisa: “Puji Tuhan mereka keluar dengan selamat dan bertemu keluarga mereka," ujar dia.

Baca di halaman selanjutnya...

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement