REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Investasi Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight. Apa faktor utama yang menjadi penyebabnya?
Pertama, kebijakan fiskal Indonesia. Berikutnya penguatan dolar AS menimbulkan risiko terhadap investasi saham. Ini berdasarkan tulisan para ahli strategi di Morgan Stanley dalam sebuah catatan sambil menurunkan rekomendasi mereka.
"Kami melihat ketidakpastikan jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan, serta beberapa kelemahan di pasar valuta asing, di tengah tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat," tulis ahli strategi termasuk Daniel Blake dalam catatan tanggal 10 Juni, dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/6/2024).
Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight; dalam alokasi di pasar Asia dan negara berkembang.
Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar mulai menunjukkan tren lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada Rabu (12/6/2024) dan keputusan Bank Indonesia pekan depan. Dalam catatan bi.go.id pada 12 Juni 2024, nilai tukar rupiah per dolar AS, berada di angka Rp 16.376,48.
Berbagai situasi memengaruhi apa yang terjadi. Itu termasuk janji kampanye Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang bakal menyediakan makan siang dan susu gratis. Hal ini dapat menimbulkan 'beban fiskal' yang besar, sementara prospek pendapatan Indonesia juga memburuk.
Keadaan demikian masuk dalam catatan Morgan Stanley tersebut.
Rekomendasi underweight artinya saham diduga akan mengalami penurunan harga dibandingkan saham lainnya di sektor yang sama.