REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Laporan PBB menunjukkan masifnya pelanggaran berat terhadap hak anak-anak di Gaza, Tepi Barat dan Israel. Kekejaman yang dialami anak-anak Palestina melampaui yang dihadapi anak-anak sedunia setahun belakangan.
Hal itu terungkap dalam laporan PBB yang akan diterbitkan pekan ini. The Guardian melansir, laporan itu memverifikasi lebih banyak kasus kejahatan perang terhadap anak-anak di wilayah pendudukan dan Israel dibandingkan di tempat lain, termasuk Republik Demokratik Kongo, Myanmar, Somalia, Nigeria dan Sudan.
“Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina menghadirkan skala dan intensitas pelanggaran berat terhadap anak-anak yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata laporan itu.
Laporan tersebut hanya merinci kasus-kasus yang dapat diverifikasi oleh penyelidik PBB. Artinya, laporan tersebut hanya mencakup sebagian dari jumlah total kematian dan cedera anak-anak sepanjang tahun lalu.
Secara keseluruhan, PBB memverifikasi “8.009 pelanggaran berat terhadap 4.360 anak” di Israel, Gaza dan Tepi Barat – lebih dari dua kali lipat angka yang terjadi di Kongo, yang merupakan negara terburuk berikutnya dalam hal kekerasan terhadap anak. Dari total korban anak yang terverifikasi, 4.247 orang Palestina, 113 orang Israel.
Secara keseluruhan, 5.698 pelanggaran dilakukan oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel, dan 116 pelanggaran dilakukan oleh sayap bersenjata Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam. Pemukim Israel dinilai bertanggung jawab dalam 51 kasus, dan Brigade al-Quds Jihad Islam Palestina terlibat dalam 21 kasus.
Antara tanggal 7 Oktober dan akhir Desember tahun lalu, PBB memverifikasi pembunuhan 2.051 anak-anak Palestina, dan mengatakan bahwa proses untuk memberikan tanggung jawab sedang berlangsung, namun laporan tersebut mencatat: “Sebagian besar insiden disebabkan oleh penggunaan senjata peledak di daerah padat penduduk. oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel.”
Laporan tersebut mengakui bahwa laporan tersebut hanya mencerminkan sebagian gambaran situasi di Gaza. “Karena tantangan akses yang berat, khususnya di Jalur Gaza, informasi yang disajikan di sini tidak mewakili skala penuh pelanggaran terhadap anak-anak dalam situasi ini,” katanya.
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, dalam rentang waktu yang sama dengan yang diselidiki PBB, yakni sejak Oktober hingga Desember 2023, sekitar 10 ribu anak-anak syahid di Gaza. Sementara hingga Juni ini, sekitar 15 ribu anak-anak Palestina talh ajdi syuhada akibat serangan Israel.
Laporan PBB juga menemukan pelanggaran berat yang dilakukan pasukan Israel di Tepi Barat, dengan 126 anak Palestina terbunuh dan 906 ditahan. PBB memverifikasi lima kasus di mana tentara menggunakan anak laki-laki “sebagai tameng untuk melindungi pasukan selama operasi penegakan hukum”. Selama ini, Israel kerap menuduh Hamas melakukan hal tersebut.
Pada 2023, menjelang serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, PBB mengatakan sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina menyelenggarakan “perkemahan musim panas”, di mana anak-anak dihadapkan pada “konten dan aktivitas militer”.
Dalam tiga bulan pertama perang, PBB memverifikasi 23 kasus terpisah mengenai penolakan akses kemanusiaan oleh otoritas Israel “terkait dengan penolakan koordinasi misi bantuan kemanusiaan dan pencegahan akses terhadap perawatan medis”.
Children in #Gaza experience horror and fear due to the genocide by the occupation army. pic.twitter.com/l02zPxg7mh
— Wafa News Agency - English (WAFANewsEnglish) June 10, 2024
Selama serangan Israel di Gaza, PBB menemukan “hampir semua infrastruktur, fasilitas dan layanan penting telah diserang, termasuk tempat penampungan, instalasi PBB, sekolah, rumah sakit, fasilitas air dan sanitasi, pabrik gandum dan toko roti”.
“Anak-anak berisiko mengalami kelaparan, kekurangan gizi parah, dan kematian yang sebenarnya bisa dicegah,” kata laporan PBB.
Penilaian tahunan – yang akan disampaikan kepada Majelis Umum PBB akhir pekan ini oleh Sekretaris Jenderal, António Guterres – mencantumkan Israel untuk pertama kalinya dalam daftar negara pelanggar yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak-hak anak, sehingga memicu kemarahan pemerintah Israel.
“Saya terkejut dengan peningkatan dramatis dan skala serta intensitas pelanggaran berat terhadap anak-anak yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza, Israel, dan Tepi Barat yang diduduki,” kata Guterres kepada sidang umum dalam laporannya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan bahwa PBB telah “menambahkan dirinya ke dalam daftar hitam sejarah bergabung dengan mereka yang mendukung Hamas”.