Rabu 12 Jun 2024 19:44 WIB

Pengamat INDEF: Kelas Menengah Anggap Beli Mobil Bukan Prioritas

Konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen pada kuartal pertama 2024.

Red: Lida Puspaningtyas
Sejumlah pengendara motor melintas diantara kendaraan mobil di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (17/10/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan masih belum bisa menerapkan sistem ganjil genap untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor karena belum ada kajiannya sama sekali. Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengusulkan Pemprov DKI Jakarta untuk menerapkan ganjil genap bagi kendaraan roda dua untuk menangani masalah kemacetan dan memperbaiki kualitas udara.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pengendara motor melintas diantara kendaraan mobil di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (17/10/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan masih belum bisa menerapkan sistem ganjil genap untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor karena belum ada kajiannya sama sekali. Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengusulkan Pemprov DKI Jakarta untuk menerapkan ganjil genap bagi kendaraan roda dua untuk menangani masalah kemacetan dan memperbaiki kualitas udara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan rumah tangga masyarakat di kelas menengah kini menganggap membeli mobil bukan menjadi prioritas karena itu barang tersier.

"Masyarakat kelas menengah kini lebih memprioritaskan konsumsi kebutuhan pokok, alih-alih membeli mobil yang masih dipandang sebagai barang tersier," ujar Tauhid dalam pernyataannya dikutip di Jakarta, Rabu (12/6/2023).

Baca Juga

Menurut Tauhid, konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen pada kuartal pertama 2024 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 5,11 persen pada periode yang sama. Itu menunjukkan dalam konsumsi, rumah tangga menerapkan skala prioritas.

Mengingat kuartal pertama lalu, harga sejumlah mobil di Indonesia naik ketika suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) masih tinggi (6,25 persen). Padahal, mayoritas konsumen otomotif membeli mobil menggunakan skema pembiayaan kredit.