REPUBLIKA.CO.ID,LONDON/BRUSSELS -- Uni Eropa pada Rabu (12/6/2024) mengumumkan tarif impor hingga 38 persen pada kendaraan listrik China, setelah penyelidikannya menemukan bahwa produsen di China mendapat keuntungan dari "subsidi yang tidak adil" di seluruh rantai pasokan mereka -- mulai dari penyulingan litium hingga transportasi produk akhir.
Namun sebagai tanda bahwa negara-negara anggota Uni Eropa mungkin kesulitan menemukan kesatuan dalam cara memperlakukan China, Hongaria mengeluarkan pernyataan setelahnya yang menyatakan bahwa mereka “tidak setuju dengan tarif yang bersifat menghukum, karena proteksionisme bukanlah solusi,” dan menyebut keputusan tersebut “sangat diskriminatif.”
Hongaria mengambil alih kepemimpinan Dewan Eropa – yang terdiri dari kepala 27 negara – dari Belgia selama enam bulan pada bulan Juli. Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, telah lama mendambakan hubungan yang lebih erat dengan produsen baterai kendaraan listrik Tiongkok, dengan tujuan mengubah Hongaria menjadi pusat manufaktur regional.
Kementerian Perdagangan Tiongkok menanggapi pengumuman UE pada Rabu pagi dengan mengatakan bahwa tarif tersebut “terlalu tinggi” dan “tidak memiliki dasar faktual dan hukum.”