Kamis 13 Jun 2024 05:52 WIB

Pembayaran Digital Bikin Konsumen Lebih Boros?

Konsumen membelanjakan lebih banyak ketika menggunakan pembayaran digital.

Rep: Gumanti Awaliya/ Red: Qommarria Rostanti
Penggunaan Qris (ilustrasi). Konsumen cenderung lebih boros ketika menggunakan metode pembayaran digital dibandingkan uang tunai.
Foto: Www.freepik.com
Penggunaan Qris (ilustrasi). Konsumen cenderung lebih boros ketika menggunakan metode pembayaran digital dibandingkan uang tunai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di era serba digital, transaksi menggunakan uang tunai perlahan mulai ditinggalkan. Banyak di antara konsumen kini mulai beralih ke pembayaran non tunai dengan e-wallet, QRIS, kartu debit atau kredit.

Sebuah studi terbaru menemukan konsumen cenderung lebih boros ketika menggunakan metode pembayaran digital dibandingkan uang tunai. Temuan yang dipublikasikan di Journal of Retailing ini menawarkan wawasan penting bagi para peritel, pembuat kebijakan, dan konsumen dalam mengelola keuangan.

Baca Juga

“Dalam studi ini, kami menemukan, beralih ke pembayaran digital dan tidak lagi menggunakan uang tunai menyebabkan konsumen menghabiskan lebih banyak uang,” kata peneliti yang merupakan mahasiswa PhD di University of Adelaide, Lachlan Schomburgk, seperti dilansir Study Finds, Kamis (13/6/2024).

Untuk mengungkap hubungan yang kompleks antara metode pembayaran dan perilaku belanja, sebuah tim peneliti melakukan meta-analisis yang ekstensif, mengumpulkan data dari 71 studi yang mencakup lebih dari empat dekade. Dengan mensintesis hasil penelitian ini, yang mencakup data dari lebih dari 11 ribu partisipan dan 338 ribu transaksi di 17 negara, para peneliti dapat mengidentifikasi pola yang jelas dan faktor moderasi dalam efek non tunai.

Meta-analisis ini mengamati tiga ukuran utama pengeluaran yakni jumlah total yang dibelanjakan, jumlah barang yang dibeli, dan kesediaan konsumen untuk membayar. Para peneliti kemudian memeriksa bagaimana berbagai faktor, seperti fitur spesifik dari metode pembayaran non-tunai (misalnya, kartu kredit vs pembayaran mobile), jenis pembelian (misalnya, hedonis vs utilitarian), dan kondisi ekonomi yang lebih luas (misalnya, pertumbuhan PDB, inflasi) memengaruhi besarnya efek non tunai.

Hasilnya, meta-analisis menunjukkan efek non-tunai yang kecil namun signifikan, mengonfirmasi bahwa konsumen memang membelanjakan lebih banyak uang ketika menggunakan metode pembayaran digital dibandingkan dengan uang tunai. Namun, ukuran efek ini sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor utama.

Yang mengejutkan, penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa fitur spesifik dari metode pembayaran non tunai, seperti kemampuan untuk menunda pembayaran (misalnya dengan kartu kredit) atau transparansi proses pembayaran, secara signifikan memengaruhi pengeluaran. Sebaliknya, jenis pembelian sangat memainkan peran penting. Misalnya, efek non tunai sangat terasa pada pembelian produk yang digunakan untuk menunjukkan kekayaan atau status.

"Transisi menuju masyarakat tanpa uang tunai tampaknya hampir tak terelakkan. Saya percaya bahwa penelitian ini sangat penting karena menyoroti aspek yang terlewatkan dalam transisi ini: bagaimana metode pembayaran mempengaruhi perilaku belanja kita. Pemahaman ini dapat membantu memberdayakan kita untuk membuat keputusan pembelian yang lebih tepat,” kata Schomburgk.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement