Kamis 13 Jun 2024 13:43 WIB

Prevalensi Stunting di Indramayu Capai 18,4 Persen

Angka 18,4 persen telah mendekati target nasional prevalensi stunting 14 persen.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Warga menerima paket telur dan daging ayam saat penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di Indramayu, Jawa Barat
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Warga menerima paket telur dan daging ayam saat penyaluran bantuan pangan penanganan stunting di Indramayu, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU---Prevalensi angka stunting di Kabupaten Indramayu hingga kini masih diatas target yang ditetapkan pemerintah. Rembuk stunting pun dilakukan lintas sektor sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting. Menurut Bupati Indramayu, Nina Agustina, angka prevalensi stunting Kabupaten Indramayu pada 2021 mencapai 14,4 persen. Angka itu telah mendekati target nasional prevalensi stunting sebesar 14 persen.

Namun, angka prevalensi stunting kembali naik pada 2022 menjadi 21,1 persen. Tahun selanjutnya atau 2023, Pemkab Indramayu berhasil menurunkannya kembali menjadi 18,4 persen. ‘’Di kita, angka prevalensinya hampir mendekati target nasional namun kemarin sempat mengalami kenaikan. Tetapi alhamdulillah berkat kerja keras semuanya, angka prevalensi stunting sudah mengalami penurunan,’’ ujar Nina, Rabu (12/6/2024).

Baca Juga

Nina pun menyampaikan apresiasi kepada seluruh kepala perangkat daerah, camat, kepala desa, serta semua pihak yang telah berperan aktif dalam upaya penurunan dan cegah stunting di Kabupaten Indramayu. Salah satunya melalui program Orang Tua Asuh Anak Stunting (OTAAS).

Nina mengajak semua pihak untuk terus bekerja sama menyukseskan program penurunan stunting. Hal itu bisa dilakukan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. ‘’Kemudian di era digital ini kita bisa maksimalkan penggunaan medsos dalam meliterasi dan mengkampanyekan pencegahan stunting ,’’ katanya.

Nina menjelaskan, permasalahan terjadinya stunting sangat multi kompleks. Di antaranya penyebab secara langsung seperti kurangnya asupan gizi yang adekuat ataupun karena penyakit infeksi. Untuk itu, percepatan penurunan stunting pun harus dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas. Karenanya, dibutuhkan koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi berbagai pihak terkait. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement