Laporan jurnalis Republika, Muhyiddin, dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH -- Menjelang puncak ibadah haji 1445 H/2024 M, sebagian jamaah haji Indonesia masih menjalani perawatan di klinik Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Makkah, Arab Saudi. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Makkah Nurul Jamal, jamaah yang sakit itu nanti akan disafari-wukufkan.
Ia menjelaskan, safari wukuf adalah fasililitas khusus yang disediakan untuk jamaah haji yang sakit agar mereka tetap bisa melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Ini merupakan bentuk keringanan (rukhsah) yang disediakan fikih ibadah.
"Untuk jamaah yang sakit di KKHI, kami akan mensafari-wukufkan," ujar Jamal saat diwawancara Republika di KKHI, Makkah, Rabu (12/6/2024) waktu Arab Saudi.
Kementerian Agama (Kemenag) RI telah menyiapkan sebanyak 300 kuota safari wukuf pada operasional haji tahun ini. Berdasarkan data KKHI pada Rabu (12/6/2023), terdapat 182 orang jamaah yang masuk dalam daftar safari wukuf. Mereka akan dipindahkan ke Arafah sejenak, lalu kembali ke KKHI.
"Kalau safari wukuf, Insya Allah dari teman-teman Kemenag itu ada sekitar 300 orang. Dari KKHI, insyaAllah sekitar 182 jamaah haji yang sakit," ucap Jamal.
Adapun jamaah haji yang tidak bisa mengikuti safari wukuf, kata dia, nantinya akan dibadalkan oleh para petugas, yang telah disiapkan oleh pihak Kemenag RI.
"Bagi mereka yang memang tidak bisa safari wukuf, kita akan kooordinasi dengan teman-teman Kemenag untuk mereka dibadalkan," kata Jamal.
Selama pelaksanaan ibadah di masa puncak haji 1445 H/2024 M, KKHI juga telah menyiapkan lebih dari 100 unit kursi roda. Fasilitas ini akan digunakan untuk melayani jamaah haji RI yang lanjut usia (lansia), risiko tinggi (risti), atau keperluan lain yang urgen di lapangan.
Jamal meminta seluruh jamaah haji ketika beribadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) agar tidak berlebihan dalam menjalankan aktivitas. Sebab, puncak ibadah haji, terutama momen wukuf di Arafah, akan sangat menuntut kesiapan mental dan fisik.
Selain itu, jamaah juga diminta tetap mengenakan alat pelindung diri (APD) yang standar, seperti masker, topi, dan semprotan air (sun-spray) yang dapat meredakan suhu badan mereka dari pancaran terik matahari.
"Jangan memaksanakan diri pada saat di Armuzna. Misalnya, pada saat siang hari harusnya di tenda, ya jangan ke luar tenda. Sebab, panasnya insya Allah, kalau informasi kemarin, hampir 48-50 derajat celsius," kata Jamal.