REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan hidup setiap manusia akan menemui ujungnya. Sebelum sampai ke akhirat, masih ada tempat persinggahan kita di dunia. Itulah alam kubur. Sudah menjadi tradisi bagi kita melakukan ziarah kubur untuk mendoakan mereka yang sedang berada di peristirahatannya.
Di dalam buku ar-Ruh wan-Nafs karya al-Hafizh Abu Abdullah bin Mandah diterangkan bagaimana hamba yang kafir mendapatkan siksa kubur. Ketika roh dikembalikan lagi ke tempatnya berbaring, Munkar dan Nakir mendatanginya sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya. Mereka menggali tanah dengan rambutnya. Suaranya seperti halilintar yang menggelegar sementara pandangannya seperti kilat yang menyambar.
Dua malaikat ini mendudukkan mayat itu kemudian berkata, "Siapakah Rabbmu? Dia menjawab, "Aku tidak tahu." Kemudian, ada yang berseru dari arah samping kubur. "Kamu memang tidak tahu." Malaikat Munkar dan Nakir memukulinya dengan tongkat besi. Meski timur dan barat menyatu, pukulan ini tidak berkurang. Kuburnya pun menyempit hingga tulang-tulang rusuknya tercecer. Pintu neraka dibukakan di hadapannya. Dia melihat tempat duduk di dalam neraka itu hingga tiba hari kiamat.
Hanya, ternyata siksa kubur pun berlaku bagi Muslim. Ath-Thahawy menyebutkan, dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW bersabda, seorang hamba dari hamba-hamba Allah diperintahkan disiksa dikuburnya dengan 100 deraan. Dia terus memohon kepada Allah dan berdoa kepada-Nya hingga deraan itu hanya sekali saja. Kuburnya pun dipenuhi dengan api.