Jumat 14 Jun 2024 07:37 WIB

Ini Cara Produsen Mobil China Hindari Kenaikan Tarif Bea Masuk Uni Eropa

Tarif sementara UE yang rata-rata 20 persen tidak pengaruhi penjualan mobil China

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mengintip pembuatan mobil listrik di pabrik BYD di Chanzhou, China.
Foto: BYD
Mengintip pembuatan mobil listrik di pabrik BYD di Chanzhou, China.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa mengumumkan akan mengenakan bea tambahan hingga 38,1 persen pada impor mobil listrik dari China mulai Juli mendatang. Langkah ini diperkirakan akan memicu pembalasan dari Beijing, yang menyatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingannya.

Pengumuman ini datang kurang dari sebulan setelah Washington mengungkapkan rencana untuk melipatgandakan bea masuk kendaraan listrik dari China hingga 100 persen. Brussels mengatakan tarif tambahan yang berkisar dari 17,4 persen hingga 38,1 persen ini dimaksudkan untuk melawan subsidi berlebihan yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok kepada produsen mobil listriknya. Ini merupakan tambahan dari bea mobil standar sebesar 10 persen.

Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok tampaknya tidak terlalu khawatir dengan tarif ini. Cui Dongshu, Sekretaris Jenderal CPCA, mengatakan bahwa tarif sementara UE yang rata-rata sekitar 20 persen tidak akan banyak berpengaruh pada sebagian besar perusahaan Tiongkok. Ia menambahkan bahwa perusahaan seperti Tesla, Geely, dan BYD tetap memiliki potensi besar untuk berkembang di Eropa.

Produsen mobil China juga mulai berinvestasi dalam produksi di Eropa untuk menghindari tarif tersebut. Beijing baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang memperkuat kemampuannya untuk membalas tarif yang dikenakan oleh AS atau UE.