Jumat 14 Jun 2024 08:00 WIB

Kejahatannya Terungkap, Israel Semakin Dikucilkan Negara-Negara Dunia 

Akan ada konsekuensi terhadap kejahatan yang dilakukan Israel.

Warga Palestina berduka atas jenazah kerabatnya yang tewas dalam serangan udara Israel, di luar kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 10 Juni 2024.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina berduka atas jenazah kerabatnya yang tewas dalam serangan udara Israel, di luar kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 10 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kejahatan perang dan genosida yang terus dilanjutkan Israel di Jalur Gaza membuat negara itu semakin terasing di antara negara-negara dunia. Dengan korban jiwa yang telah mencapai lebih dari 37 ribu jiwa, kebanyakan anak-anak dan perempuan, banyak negara kini terbuka matanya atas kejahatan negara Zionis tersebut.

Warga Palestina dan negara-negara mayoritas Muslim sejak lama menyoroti kejahatan penjajahan Israel sejak 1948 silam. Namun, dengan kekejaman terkini yang mendapat sorotan penuh di berbagai media, negara-negara barat tak bisa lagi memalingkan muka.

Baca Juga

“Sudah terlalu lama komunitas internasional memalingkan muka,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada konferensi pers semalam. “Mereka berpikir bahwa tanpa menyelesaikan konflik ini kita bisa hidup damai dan stabil. Apa yang terjadi selama delapan bulan ini telah membuka mata dunia.”

PBB menambahkan tentara Israel ke dalam “daftar hitam” negara-negara yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak dalam konflik bersenjata pekan lalu.  Chris Guinness, mantan juru bicara badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan ini adalah “daftar yang paling memalukan”.

Menurutnya, masuk ke dalam “daftar hitam” PBB yang berisi negara-negara yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak akan meningkatkan isolasi negara tersebut dan semakin menggerus reputasi internasionalnya. “Ini adalah daftar hitam terburuk yang dialami Israel karena pembunuhan anak-anak melanggar tabu,” kata Gunness kepada Aljazirah.

“Beberapa kelompok dan negara yang masuk dalam daftar ini antara lain Boko Haram, ISIS, al-Qaeda, Rusia, Myanmar. Hal ini menempatkan Israel dalam daftar rezim dan kelompok yang paling mengerikan di dunia,” kata Gunness. “Hamas dan Jihad Islam juga ada di sana, termasuk pemukim Israel atas apa yang mereka lakukan di Tepi Barat.”

Menurutnya, semakin terungkapnya kejahatan Israel akan memiliki konsekuensi. Ia mengingatkan bahwa komunitas internasional Mahkamah Internasional (ICJ), Mahkamah Pidana Internasional (ICC), dan laporan Dewan HAM PBB yang akan memukul Israel.

“Saya pikir seiring dengan perkembangannya, isolasi dan status paria Israel akan terus berlanjut, dan terus ditegaskan kembali,” katanya. “Akan ada konsekuensi ketika masyarakat melihat secara keseluruhan apa yang terjadi,” tambahnya.

Pada hari Senin, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui resolusi pertamanya yang mendukung rencana gencatan senjata, namun baik Israel maupun Hamas belum sepenuhnya menyetujuinya.

photo
Hari ke-250 Genosida - (Republika)

Sementara, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mendesak dunia bertindak atas kejahatan Israel. Seruang ini muncul ketika pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini memperingatkan bahwa 8.000 anak-anak Palestina di bawah usia lima tahun telah didiagnosis menderita kekurangan gizi akut di Gaza.

“Pemerintah kami (AS) terlibat dalam salah satu kekejaman paling biadab yang terjadi di hadapan dunia dalam beberapa tahun terakhir,” Wakil Direktur Eksekutif CAIR Edward Ahmed Mitchell mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Organisasi Kesehatan Dunia telah memverifikasi bahwa ribuan anak di Gaza kini menghadapi kelaparan karena dukungan pemerintahan Biden terhadap kampanye genosida dan pembersihan etnis pemerintah Israel,” katanya. “Cukup sudah. Sudah waktunya bagi Presiden Biden untuk berhenti melakukan kekejaman ini, mulai menggunakan pengaruh Amerika, dan memaksa pemerintah Israel untuk mengakhiri perang genosida.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement