Sabtu 15 Jun 2024 09:00 WIB

Doa Rasulullah SAW di Arafah yang Membuat Iblis Frustasi

Rasulullah SAW gembira saat doanya di Arafah dikabulkan Allah.

Ilustrasi Jabal Rahmah di Arafah (Foto & Editing: Yogi Ardhi/Republika
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Ilustrasi Jabal Rahmah di Arafah (Foto & Editing: Yogi Ardhi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --Wukuf di Arafah adalah bagian dari rukun haji. Dan pada saat inilah doa-doa orang yang wukuf di Arafah dikabulkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Abu Talhah dalam kitabnya Kaifa Tastafidu Min al Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa-al-Muqim Ahwal an Nabi fi Al-Hajj mengatakan, Abbas bin Mardas mengatakan, Rasulullah berdoa meminta ampun bagi umatnya di malam  Arafah.  Lalu, doanya dijawab Allah. 

Baca Juga

"Aku telah mengampuni mereka selain dosa orang-orang yang zalim. Aku menyiksa mereka sebagai balasan atas orang-orang yang telah teraniaya oleh mereka."

Rasulullah berkata, "Ya Allah jika engkau menghendaki, maka engkau bisa memberikan surga bagi orang yang teraniaya, dan mengampuni orang yang berbuat zalim."

Namun, Allah tidak menjawabnya malam itu juga. Pada pagi harinya ketika berada di Muzdalifah, beliau kembali berdoa.  Lalu, doanya itu dijawab oleh Allah. 

Abbas RA berkata, "Rasulullah tertawa. Ada yang mengatakan, Rasulullah tersenyum." Abu Bakar dan Umar bertanya kepada beliau.

"Demi ayah dan ibuku, ini bukan saat yang tepat untuk tertawa, apa yang membuat Anda tertawa? Apakah Allah menertawai gigimu?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya musuh Allah, iblis itu, ketika mengetahui Allah telah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku, dia mengambil tanah dan melemparkannya ke atas kepalanya."

"Mereka mendoakan kecelakaan dan kesengsaraan bagi manusia. Apa yang aku lihat berupa rasa takut ini itulah yang membuatku tertawa tawa," (HR Ibnu Majah).

Di dalam kitab Al-lamat ketahuilah bahwa mereka berkata yang dimaksud dengan kata umat di sini adalah orang-orang yang berada di Arafah. Dari pendapat inilah dikatakan, haji dapat menghapuskan kezaliman terhadap hak-hak hamba. Ada yang mengatakan maknanya adalah taubat dari kezaliman dan dari sikap tidak mampu menunaikan hak-hak hamba.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement