Sabtu 15 Jun 2024 07:05 WIB

AL Amerika: Perang dengan Houthi Seperti Perang Dunia II

Kelompok Houthi telah melancarkan 175 serangan ke kapal-kapal di Laut Merah.

Pendukung Houthi menghadiri unjuk rasa menentang perang Israel di Jalur Gaza dan pemboman oleh AS dan sekutunya di Sanaa pada Jumat, 7 Juni 2024.
Foto: AP
Pendukung Houthi menghadiri unjuk rasa menentang perang Israel di Jalur Gaza dan pemboman oleh AS dan sekutunya di Sanaa pada Jumat, 7 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) bersiap selama beberapa dekade untuk berpotensi melawan Uni Soviet dan Tiongkok, di perairan dunia. Namun alih-alih menjadi kekuatan global, AL Amerika kini  justru terjebak dalam pertempuran dengan kelompok Houthi yang berbasis di Yaman.

Pasukan Houthi, kelompok gerilyawan yang memberontak pada pemerintah Yaman, mulai melancarkan serangan ke kapal-kapal yang menuju Israel di Laut Merah pada Oktober 2023. Hal itu dilakukan untuk memukul ekonomi Israel dan menekan negara Zionis itu menghentikan serangan ke Gaza.

Baca Juga

Pada Januari, Amerika Serikat menggandeng sejumlah negara untuk mendukung sekutu mereka Israel tersebut dan melakukan operasi patroli di Laut Merah. Eskalasi di Laut Merah itu belakangan telah berubah menjadi pertempuran laut paling intens yang pernah dihadapi Angkatan Laut sejak Perang Dunia II, kata para pemimpin dan pakar angkatan laut kepada the Associated Press.

Pertempuran ini menempatkan misi Angkatan Laut untuk menjaga jalur perairan internasional tetap terbuka melawan kelompok yang dulunya memiliki persenjataan berupa senapan serbu dan truk pickup telah berkembang menjadi pasokan drone, rudal, dan persenjataan lainnya yang tampaknya tidak ada habisnya. 

Serangan yang terjadi hampir setiap hari oleh kelompok Houthi sejak November telah menyebabkan lebih dari 50 kapal menjadi sasaran. Sementara volume pengiriman di koridor penting Laut Merah yang mengarah ke Terusan Suez dan Mediterania menurun.

Hal ini seiring dengan laporan Badan Intelijen Pertahanan AS yang mengungkapkan bahwa jumlah operasi maritim yang dilakukan kelompok Houthi sejak 19 November 2023 hingga saat ini di Laut Merah dan Teluk Aden tidak kurang dari 175 operasi. Laporan tersebut mengindikasikan bahwa operasi Yaman telah mendorong 29 perusahaan energi dan pelayaran besar mengubah rute pelayaran mereka agar tidak menjadi sasaran. Akibatnya, pengiriman peti kemas di Laut Merah anjlok hingga 90 persen sejak Desember 2023.

Menanggapi gangguan pada jalur pelayaran tradisional, jalur pelayaran alternatif di seluruh Afrika telah digunakan. Namun, rute-rute ini menambah jarak perjalanan sebesar 11.000 mil laut, yang mengakibatkan perpanjangan waktu transit selama 1-2 pekan dan peningkatan biaya bahan bakar jutaan dolar AS per perjalanan.

Kelompok Houthi mengatakan serangan-serangan tersebut bertujuan untuk menghentikan perang di Gaza dan mendukung Palestina. Serangan tersebut juga terjadi ketika mereka mencoba memperkuat posisi mereka di Yaman. Semua tanda menunjukkan bahwa peperangan akan semakin intensif – sehingga menempatkan para pelaut AS, sekutu mereka, dan kapal komersial pada risiko yang lebih besar.

photo
Peta Laut Merah - (AP Photo)

“Saya rasa orang-orang tidak benar-benar memahami betapa seriusnya tindakan yang kami lakukan dan betapa kapal-kapal tersebut terus berada dalam ancaman,” Komodor Eric Blomberg dari USS Laboon mengatakan kepada AP saat mengunjungi kapal perangnya di Laut Merah. Kesalahan kecil dari kedua pihak yang terlibat konflik, menurutnya bisa memicu eskalasi. 

Laju serangan dapat dilihat pada kapal perusak kelas Arleigh Burke, di mana cat di sekitar palka pod rudalnya telah terbakar akibat serangan berulang kali. Para pelautnya terkadang memiliki waktu beberapa detik untuk mengonfirmasi peluncuran yang dilakukan oleh Houthi, berunding dengan kapal lain, dan melepaskan tembakan terhadap serangan rudal yang datang yang dapat bergerak mendekati melampaui kecepatan suara.

“Setiap hari, setiap jaga, dan beberapa kapal kami telah berada di sini selama tujuh bulan lebih melakukan hal itu,” kata Kapten David Wroe, komodor yang mengawasi kapal perusak berpeluru kendali.

Satu serangan pada 9 Januari menyebabkan Laboon, kapal lain dan F/A-18 dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower menembak jatuh 18 drone, dua rudal jelajah anti-kapal dan sebuah rudal balistik yang diluncurkan oleh Houthi.

Hampir setiap hari, kecuali selama bulan suci Ramadhan, Houthi meluncurkan rudal, drone atau jenis serangan lainnya di Laut Merah, Teluk Aden dan Selat Bab el-Mandeb yang sempit yang menghubungkan jalur laut dan memisahkan Afrika dari Semenanjung Arab.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement