Seorang sahabat Rasulullah mengatakan, Allah selalu melihat penghuni bumi. Yang pertama kali dilihat adalah penghuni Tanah Suci atau al-Haram, yaitu yang berada di Makkah, terutama mereka yang berada di Masjidil Haram. Barang siapa yang dilihat Allah sedang bertawaf maka orang tersebut mendapatkan ampunan. Jika Allah melihat manusia sedang shalat maka orang tersebut mendapatkan hal yang sama.
Al-Gazali menceritakan, tak ada kota lain yang istimewa seperti al-Haram. Di kota tersebut, orang yang baru berniat jahat saja sudah diancam dengan siksaan pedih dari Allah. Sebaliknya, mereka yang berniat baik, mendapatkan pahala berlimpah.
Seorang alim, Prof Mutawalli Sya'rawi, mengatakan, Makkah adalah kota dengan berbagai keutamaan. Muslim yang memahami kota tersebut sebagai tempat perjuangan Rasulullah berdakwah akan berdoa dengan tenang. Dalam bukunya Alhajj Almabrur dia mengatakan, mereka merenungkan betapa mulianya Rasulullah dan nabi sebelumnya mempertahankan agama Allah di sana.
Mereka tak hanya merasakan Makkah sebatas karya manusia, tapi juga tanah yang suci dari dosa dan perbuatan jahat, sehingga dianggap sebagai rumah Allah. Mereka berdoa dengan tulus, memohon ampunan Allah. Mereka merendahkan diri, bertaubat, merenungkan dosa yang telah diperbuat, hingga membuat air mata menetes. Kesombongan keluar berbarengan dengan air mata yang membasahi pipi.