REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Laporan gabungan Kementerian Lingkungan Ukraina dan lembaga swadaya masyarakat bidang iklim mengungkapkan invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan atau mendorong naiknya 175 juta ton karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.
Laporan yang dirilis Kamis (13/6/2024) itu mengatakan angka itu berdasarkan perkiraan emisi yang dikeluarkan dan emisi yang akan dihasilkan selama pekerjaan perbaikan setelah kehancuran yang disebabkan invasi yang digelar sejak Februari 2022.
Laporan itu juga menyebutkan aktivitas-aktivitas perang yang menghasilkan karbon emisi.
"Miliaran liter bahan bakar yang digunakan kendaraan militer, hampir satu juta hektare hutan dan ladang dibakar, ratusan struktur minyak dan gas diledakan dan begitu banyak besi dan semen digunakan untuk membangun benteng pertahanan sepanjang ratusan mil," kata laporan tersebut.
Laporan itu mengatakan 175 juta ton diperkirakan setara dengan emisi yang dihasilkan 90 juta mobil atau emisi yang dihasilkan negara Belanda dalam satu tahun. Perang Rusia di Ukraina tidak hanya menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi.
Namun perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II ini juga menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat besar. Laporan yang disusun Kementerian Lingkungan Ukraina dan peneliti iklim dari Ukraina serta negara-negara lain itu mencoba menghitung jejak karbon yang dihasilkan perang.
Laporan itu menggunakan pengukuran Ongkos Sosial Karbon untuk menghitung biaya yang perlu dibayarkan akibat penambahan emisi. "Total kerusakan iklim yang disebabkan perang 24 bulan Federasi Rusia mencapai lebih dari 32 miliar dolar AS," kata laporan itu.
Laporan itu mengatakan emisi yang dihasilkan perang dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama aktivitas perang, kedua besi dan semen yang diperlukan membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak dan yang terakhir terbagi dari berbagai faktor seperti kebakaran dan pengungsian.
Sebagian emisi dihasilkan....