Maka, keduanya bersepakat untuk sama-sama berkurban. Ibrahim AS mengorbankan anak tercintanya. Adapun Ismail mengorbankan nyawanya.
Maka, anak lelaki itu pun berbaring untuk siap disembelih. Ibrahim AS memegang pedang dan mengayunkan benda tajam itu tepat ke arah leher sang putra tercinta; putra yang amat lama diidam-idamkan kehadirannya.
Ayah dan anak ini melakukan semua itu dengan hati yang tulus ikhlas, semata-mata melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
"Ya Rabbi, Engkau ajarkan hal kedewasaan yakni penyembelihan dan qurban, pasrah dan keikhlasan. Tatkala dengan hati pedih, pedang hamba ayunkan. Sukma hamba memasuki Ismail yang menelentang," demikian petikan syair Emah Ainun Nadjib (Cak Nun) menggambarkan nuansa peristiwa itu, dikutip dari buku Kisah-Kisah Kearifan Para Nabi (2011:130).