Ahad 16 Jun 2024 21:02 WIB

Khutbah Idul Adha: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim untuk Peradaban Umat Manusia

Ibadah qurban mempunyai dimensi spiritual dan sosial

Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi sholat Idul Adha. Ibadah qurban mempunyai dimensi spiritual dan sosial
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Ilustrasi sholat Idul Adha. Ibadah qurban mempunyai dimensi spiritual dan sosial

REPUBLIKA.CO.ID,  

Oleh: KH M Cholil Nafis, Lc, PhD, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah 

Baca Juga

الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ  x3 

 كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَاابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْلبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْناً ، وَأَشْهَدُ اَنْ لآ  إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ جَعَلَ حَجَّ اْلبَيْتَ مِنَ الشَّرِيْعَةِ رُكْناً وَصَرَّفَ  وُجُوْهَنَا اِلىَ قِبْلَتِهِ فَكَانَ ذَالِكَ مِنْ نِعْمَةِ اْلعُظْمىَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ مَنْ طَافَ بِاْلبَيْتِ اْلعَتِيْقِ ذَاكِرًا أًسْمَآءَ رَبِّهِ اْلحُسْنىَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْباَعِهِ اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ ، أَمَّا بَعْدُ 

فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd..

Kaum Muslimin jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah

 

Segala puji bagi Dzat yang Mahakuat. Di pagi hari nan cerah saat mentari mulai terik dan harapan yang membuncah, kebesaran Ilahi dikumandangkan di seluruh penjuru dunia. 

Umat Islam sejagat berbondong-bondong menuju tempat-tempat suci untuk bersimpuh dihadapan-Nya dalam rangka Hari Raya Idul Adha nan bahagia. 

Pada waktu yang bersamaan, kaum Muslimin yang tengah menjalankan ibadah haji, kini tengah melontar Jumrah Aqabah setelah wukuf di Arafah sebagai simbol menundukkan ego dan melawan sifat-sifat syaithaniyah dan hayawaniyah yang ada dalam diri setiap manusia.

Dengan spirit ketundukan dan kepatuhan akan kebesaran-Nya, umat Islam di seluruh penjuru bumi menggemakan takbir dan tahmid yang menggetarkan kalbu emnsyukuri hidayah yang telah diraihnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd

Kaum Muslimin jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah

Idul Adha merupakan hari raya bersejarah untuk mengenang kembali peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim atas putranya, Ismail AS. Saat Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah melalui mimpinya untuk “menyembelih” anaknya yang sangat dicintai, dia menghadapi dua pilihan yaitu mengikuti dorongan perasaan dengan menyelamatkan Ismail, atau mentaati perintah Allah dengan totalitas ketundukan. 

Di tengah kebimbangan itu, Ismail menyatakan dengan tegas atas pertanyaan ayahnya, bahwa ia siap dengan sepenuh hati untuk menjalankan perintah Allah SWT. Kemudian, turunlah firman Allah SWT:   

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.

“Dan kami panggillah: Wahai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini sebagai ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”  (QS  As-Shaffat: 104-107). 

Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan qurban, di setiap tanggal 10 Dzulhijjah dan pada hari tasyrik, yaitu  11, 12, dan 13 Dzulhijjah. 

Deskripsi historis ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah SWT dan kerelaan untuk berkorban adalah esensi yang melekat dari ibadah Qurban. Nilai-nilai tersebut telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan ditanamkan kepada anak kesayangannya, Ismail AS. 

Sikap rela berkorban ini merupakan salah satu karakter keberimanan yang dimunculkan dari kedalaman spiritualitas demi sebuah tujuan tertinggi. Dalam konteks hubungan sosial, rela berkorban merupakan perwujudan sikap “altruisme”, menjunjung nilai-nilai “mengutamakan orang lain” dari pada diri sendiri.

Yaitu, mengorbankan apa yang kita punya, bahkan yang kita cintai untuk kesejahteraan  orang lain. Jika Nabi Ibrahim as. mengorbankan Ismail, sedangkan para sahabat Rasulullah  Muhammad SAW mencontohkan dengan rela mengorbankan segala materi untuk membantu orang lain yang lebih memerlukan, walaupun mereka sendiri masih membutuhkannya. Allah berfirman:

وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

“...Mereka (kaum Anshar) mengutamakan kepentingan orang lain (kaum Muhajirin) atas diri mereka, meski mereka sendiri masih memerlukannya...” (QS Al-Hasyr: 9). 

Ayat ini menunjukkan keberhasilan Rasulullah SAW dalam menanamkan karekater kuat dan memupuk sikap solidaritas kemanusiaan di kalangan para sahabat. Atas alasan ini, mereka rela mengorbankan apapun yang dimilikinya demi kepentingan yang lebih besar. Untuk itu, hari raya Idul Adha seharusnya dijadikan momentum untuk penguatan karakter keimanan, memupuk rasa solidaritas yang mampu mewujudkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan. 

Dalam satu studi tentang “Spending Money on Others”, dalam ulasan Blanding, M (2023) Why giving to others makes us happy. Working Knowledge, Harvard Business School menyatakan bahwa para peneliti meminta partisipan untuk sekadar mengingat kembali saat mereka dermawan kepada orang lain dan membandingkan perasaan mereka saat mereka memberi kepada orang lain dan saat mengingat mereka menghabiskan uang untuk diri sendiri. 

Para peneliti tersebut...

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement