Senin 17 Jun 2024 11:16 WIB

Jadi Khatib Shalat Idul Adha, Mahfud Ingatkan Soal Keteladanan Keluarga

Mahfud MD menyebut, keluarga Nabi Ibrahim merupakan contoh yang patut ditiru.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hasanul Rizqa
Prof Mahfud MD.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Prof Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara, Prof Mahfud MD, menjadi khatib shalat Idul Adha di Masjid al-Markaz al-Islami, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (17/6/2024) pagi. Dalam ceramahnya, guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengimbau jamaah agar memaknai Idul Adha tidak hanya sebagai ibadah ritual (mahdhah).

Ia mengingatkan keteladanan yang diberikan Nabi Ibrahim AS dan istri serta anaknya, yakni Hajar dan Ismail AS. Menurut Mahfud, keluarga rasul yang bergelar "kekasih Allah" (Khalilullah) itu dapat menjadi contoh baik dalam menjalani kehidupan bernegara. Sebab, bernegara ibarat ikatan keluarga.

Baca Juga

"Pelajaran utama dari peristiwa keluarga Ibrahim ini adalah ujian. Setiap manusia yang hidup akan mengalami berbagai ujian, berani mengorbankan jiwa dan raga, termasuk ujian mengorbankan keluarga demi ketakwaan kepada Allah SWT," kata Mahfud MD, dikutip Republika dari keterangan pers yang diterima di Jakarta, Senin (17/6/2024).

Mantan Menkopolhukam itu menjelaskan, ujian dari Allah dapat hadir dalam berupa bentuk. Termasuk di antaranya adalah kemiskinan, kekayaan dan jabatan. Maka dari itu, tiap Muslim hendaknya selalu berupaya meningkatkan iman dan ketakwaan.

"Apakah saat kita kaya masih mau bertakwa dengan tetap berakhlak karimah dan berlaku baik untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah? Apakah kita masih mau bertakwa ketika mempunyai jabatan tinggi dengan berbuat adil, tidak korupsi, dan tidak menyalahgunakan jabatan?" ujar Mahfud, retoris.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013 itu menerangkan, Alquran mengibaratkan negara sebagai ikatan keluarga. Adapun tiap keluarga dibangun melalui pernikahan, yang sejatinya merupakan perjanjian suci (mitsaqon ghalidza).

Mahfud mengatakan, para ulama menyebut bentuk negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai darul mitsaq atau darul ahdi. Artinya, ini merupakan negara-bangsa sebagai ikatan atau perjanjian antarseluruh elemen bangsa.

"NKRI negara yang begitu luas bentangannya dengan penduduk besar bisa bersatu, membuat darul mitsaq atau darul ahdi atas berkah rahmat Allah Yang Maha Kuasa," ujar Mahfud.

Maka dari itu, lanjut dia, seluruh warga wajib menjaga NKRI, sebagaimana orang harus menjaga keluarganya dari berbagai bahaya. Semua itu dilakukan dengan berkat, rahmat, dan pertolongan Allah.

"Dikawal dengan penegakan hukum dan keadilan agar Indonesia bisa tumbuh dan berkembang sebagai baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur, negara yang mendapat berkah, rahmat dan maghfirah dari Allah SWT," kata Mahfud.

Dalam sebuah negara yang ideal, rakyat, pemerintah, dan ulama menjadi tiga elemen yang penting. Menukil Imam Ghazali, Mahfud menegaskan, hubungan ketiganya harus sama-sama baik dan tidak boleh rusak.

"Rusaknya kehidupan rakyat disebabkan oleh rusaknya pemerintahnya. Rusaknya pemerintahnya disebabkan oleh rusaknya ilmuwan atau ulamanya. Rusaknya ilmuwan atau ulama itu disebabkan oleh kecintaan mereka terhadap harta dan kedudukan," simpul tokoh kelahiran Sampang, Madura, itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement