REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Seperti ditulis The Economist (19/12/92), Israel, PLO, Arab Saudi, dan Mesir, kini sama-sama takut menghadapi kebangkitan ''fundamentalisme'' Islam. Mengapa?
''Islam verus Israel''. Itulah salah satu judul berita majalah The Economist yang melaporkan peristiwa pendeportasian lebih dari 400 warga Palestina aktivis Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiya, Gerakan Perlawanan Islam) oleh pemerintah Israel, 17 Desember lalu 1993.
Sebelumnya, Tel Aviv menangkap sekitar 1.200 aktivis Hamas yang dituduh telah menculik dan menewaskan lima serdadu Israel. Serdadu Israel terakhir yang diculik dan dieksekusi adalah Sersan Mayor Nissim Toledano. Ia dieksekusi oleh milisi Qassam, sayap militer Hamas, setelah Tel Aviv menolak membebaskan Syekh Ahmad Yasin (pendiri dan pemimpin spiritual Hamas).
Peristiwa pendeportasian warga Palestina itu dengan segera mendapat liputan luas dari berbagai media massa internasional. Dan, secara tidak langsung, mengangkat kembali nama kelompok Hamas.