Selasa 18 Jun 2024 14:32 WIB

Perkuat Ketahanan Ekonomi, Semua Pihak Diminta Berkontribusi Stabilkan Rupiah

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah berlangsung sejak awal tahun.

Rep: Eva Rianti   / Red: Gita Amanda
Semua pihak diminta berpartisipasi menjaga stabilitas kurs mata uang Rupiah terhadap dolar AS. (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Semua pihak diminta berpartisipasi menjaga stabilitas kurs mata uang Rupiah terhadap dolar AS. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) R Haidar Alwi mengomentari soal nilai tukar mata uang Rupiah yang kini bergerak kian melemah. Dia meminta agar semua pihak berpartisipasi menjaga stabilitas kurs mata uang Garuda terhadap dolar AS.

Haidar mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah berlangsung sejak awal tahun, seiring dengan terjadinya ketidakpastian kondisi global. Bahkan pada akhir perdagangan pekan lalu, rupiah menyentuh level Rp 16.400 per dolar AS.

Baca Juga

“Mari kita bersama-sama berpartisipasi mendukung kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Jangan malah memperkeruh situasi dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab,” kata Haidar Alwi dalam keterangannya, Senin (17/6/2024) lalu.

Dia menyebut, sebab nilai tukar rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, tetapi juga dari sentimen-sentimen internal. Sentimen eksternalnya diantaranya adalah inflasi AS yang alih-alih menunjukkan penurunan justru meningkat hingga 3,48 persen. Selain itu, bank sentral AS, The Fed, juga tidak menurunkan suku bunganya seperti rencana awal pada kuartal dua dan tiga tahun ini.

Sementara itu, sentimen internalnya, mengenai isu-isu yang merebak dalam sebuah negara. Hal itu dapat menjadi salah satu penyebab pergolakan nilai tukar mata uang. “Misalnya, isu positif di negara tersebut dapat memberikan gambaran stabilitas dan kondusifitas yang baik. Tentunya, hal ini berdampak pada kepercayaan investor terhadap negara tersebut. Sebaliknya, jika sebuah negara memiliki kondisi yang tidak stabil, maka investor pun juga akan berpikir dua kali untuk menanamkan modal karena situasi ini dapat berpengaruh pada nilai kurs valuta asing,” terangnya.

Haidar melanjutkan, saat ini pemerintah sedang berupaya memperbaiki kegiatan ekspor-impor untuk mengendalikan laju inflasi dan menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Sementara Bank Indonesia sebagai bank sentral bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengoordinasikan berbagai sektor makro-ekonomi.

“Perlu koordinasi yang berkesinambungan antara lembaga pemerintah dan lembaga keuangan agar tercipta suatu kebijakan yang tepat. Dengan koordinasi yang tepat akan memberi dampak yang cukup baik untuk meredam faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat,” tutupnya.

Diketahui, Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 142 poin atau 0,87 persen menjadi Rp 16.412 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (14/6/2024). Tren pelemahan kurs rupiah diprediksi akan mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga atau BI rate pada bulan ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement