REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Apakah ada makhluk hidup bernyawa yang kasab (selain yang gaib) yang hidup di luar bumi? Pada ayat dan surat apa di dalam Alquran yang menjelaskan jenis makhluk tersebut?
Jawaban atas pertanyaan di atas dikemukakan pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ) Prof M Quraish Shihab, sebagaimana didokumentasikan Harian Republika 1994. Begini jawabannya:
Kalau kita membuka ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang yang ada di langit dan bumi, maka ditemukan bahwa Alquran menggunakan dua kata yang menunjuk kepadanya. Pertama, kata maa yang oleh bahasa Arab digunakan untuk benda (makhluk tak berakal). Bacalah misalnya:
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ “Milik Allah apa yang ada di semua langit dan bumi.” (QS al-Baqarah: 284)
Kedua, adalah kata man yang biasa digunakan untuk makhluk berakal. Bacalah misalnya:
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ “Kepada-Nya berserah diri siapa yang ada di semua langit dan bumi.” (QS Ali Imran: 83)
Kata siapa (man) di sini dan ayat-ayat semacamnya dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk menunjuk adanya makhluk ''berakal'' di langit.
Tetapi di langit mana dan siapa yang dimaksud dengannya, ayat ini tidak menjelaskannya. Paling tidak kita dapat berkata bahwa yang dimaksud dengan makluk berakal adalah malaikat.
Ketiga, memang ada juga ayat lain menggunakan kata daabbah, yaitu:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
“Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (QS asy-Syura: 29)
Anda lihat, bahwa ayat ini menjelaskan bahwa pada keduanya (langit dan bumi) Allah menyebarkan daabbah yang diterjemahkan oleh Tim Departemen Agama dengan ''makhluk-makhluk melata''.
Dari segi bahasa, kata daabbah terambil dari akar kata yang berarti ''berjalan dengan sangat halus''. Yang pasti ia tidak digunakan dalam arti ''malaikat''. Menurut pakar bahasa Alquran Arraqib al-Asfahany, kata tersebut biasa digunakan untuk jalannya hewan, tetapi lebih banyak digunakan untuk ''serangga'' dan semacamnya yang tidak terjangkau geraknya oleh indra.
Selanjutnya Arragib menulis bahwa, ''Kalau yang dimaksud dengan daabbah adalah hewan, maka biasanya bahasa membatasi pengertiannya pada kuda.''
Ada juga ulama tafsir yang memahami kata ''langit'' pada ayat di atas dengan ''awan'', dan daabbah dalam arti ''burung'', seperti dikemukakan oleh Muhammad bin Thaher bin Asyur dalam kitab tafsirnya Attahrir.
Tetapi menurut hemat saya, pendapatnya itu tidak didukung oleh ayat ini dan ayat Alquran yang lain. Ayat ini menggunakan bentuk plural (jamak) bagi langit, jadi bukan hanya langit yang kita lihat dengan pandangan mata. Di samping itu dalam ayat lain membedakan antara daabbah dan ''burung''. Firman-Nya:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ
Tidak ada satu ''daabbah'' pun di bumi dan tidak pula burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu.” (QS al-Anam: 38).
Kalau demikian...